Sub Terminal di Klaten Kini Tengah Lesu

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor perkembangan komunikasi dan melejitnya perekonomian masyarakat.

Penulis: pdg | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Pdahang Pranoto
Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Klaten, mewaspadai lonjakan penumpang di terminal tipe A Buntalan, menjelang musim mudik 2015. Antisipasi itu lebih ditingkatkan pada fase balik. Jumat (3/7/2015). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Padhang Pranoto

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Kondisi Sub-Terminal di Klaten kini tengah lesu. Ditengarai, kondisi tersebut dipengaruhi oleh faktor perkembangan komunikasi dan melejitnya perekonomian masyarakat.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Klaten, Bambang Giyanto.

Menurutnya, kondisi operasional beberapa sub terminal yang ada di Klaten kini tinggal menyisakan 25 persen kendaraan yang beroperasi.

"Operasional kendaraan angkutan umum sekarang tinggal 25 persen. Hal itu disebabkan karena kondisi pasar dan sarana bus yang kian terbatas. Satu di antaranya karena perkembangan alat komunikasi dan kepemilikan kendaraan pribadi. Sekarang dari manapun bisa menelpon saudaranya untuk minta dijemput," ujarnya, Senin (15/2/2016).

Menurutnya, ada beberapa sub terminal yang ada di Klaten, diantaranya Penggung, Delanggu, Tulung, Cawas, Teloyo dan sebuah terminal angkutan di Pasar Gedhe Klaten.

Sedangkan untuk terminal tipe A Ir Soekarno akan diambil alih manajerialnya oleh pemerintah pusat.

"Nanti setelah terminal Ir Soekarno jadi pada bulan Juni 2016 dan diambil oleh pemerintah pusat pada bulan Oktober, maka kita tinggal mengelola terminal tipe C ataupun sub terminal. Kami akui beberapa sub terminal sedang lesu," tuturnya.

Kepala Bidang (Kabid) Angkutan Dishub Klaten, Joko Suwanto, mengakui hal tersebut. Untuk sub terminal yang ada disamping jalan raya, seperti Delanggu dan Penggung di Ceper, boleh dikatakan masih aktif.

Namun demikian, untuk sub terminal yang berada di kecamatan boleh dikatakan hanya digunakan segelintir orang.

Dirinya mengungkapkan, untuk menghidupkan kembali sub terminal, pihaknya melontarkan rencana untuk membuat mass rapid transit(MRT). Namun untuk hal itu, pihaknya mengaku belum memiliki dana.

"Untuk Kajiannya sudah kami lakukan, namun untuk tahun ini anggaran untuk sosialisasi belum ada. Padahal untuk menghidupkan lagi sub terminal sudah mendesak," ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk setiap armada MRT dibutuhkan dana sekitar Rp 500 juta. Rencananyanya, akan ada enam koridor yang akan melayani masyarakat diperkuat dengan 48 unit bus. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved