Ombak Mengerikan Ini Bukan Berada di Laut Lepas, Melainkan Terjadi di Sebuah Danau !
Disebutkan bahwa danau ini pernah menenggelamkan 1400 kapal
Penulis: say | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Mungkin Anda mengira bila foto-foto gelombang besar dan menakjubkan ini diambil di laut lepas. Padahal, foto gelombang ini ditangkap di sebuah danau besar di Amerika Utara bernama Danau Erie.
Seperti dikutip dari amusingplanet, Rabu (10/2/2016), Danau Erie termasuk dangkal dengan rata-rata kedalaman berkisar 20 meter. Namun, danau tersebut membentang sepanjang 388 km dan lebar maksimum 92 km sehingga masuk ke dalam 11 danau terbesar di dunia.
Kondisi yang dangkal ini membuat 'perilaku' danau dapat berubah secara dramatis hanya dalam hitungan menit. Gelombang ganas bisa muncul tiba-tiba.

David Sandford via Amusing Planet
Suku asli Amerika yang tinggal di sepanjang pantai selatan menyebutnya "Erige" yang berarti kucing karena sifatnya tak terduga. Badai Danau Erie diklaim telah menenggelamkan kapal tidak kurang dari 1.400 kapal.
Bahkan ada yang mengatakan danau itu memiliki lebih banyak bangkai kapal per mil persegi dibanding lokasi air tawar lainnya.
Foto-foto dramatis badai Danau Erie diambil oleh fotografer David Sandford yang berbasis di Kanada. Ia mengambilnya selama empat minggu pada bulan November di tepi Port Stanley, Ontario.

David Sandford via Amusing Planet
Saat-saat tersebut adalah masa yang paling mengerikan bagi Danau Erie. Bahkan kecepatan angin bisa mencapai 50 km per jam dan suhunya anjok di bawah nol.
Ketika mengambil foto, Sandford datang ke danau sebelum matahari terbit. Ia masuk mengenakan pakaian khusus dan menceburkan diri ke ombak dengan peralatan fotografi.

David Sandford via Amusing Planet
Bila gelombang sudah semakin mengerikan, ia biasanya menepi kemudian memotret dengan lensa tele.

David Sandford via Amusing Planet
"Laut dan danau mengisyaratkan saya. Sejak masih kecil, saya suka berada di dalam atau sekitar air. Saya terpikat oleh gerakan anggun gelombang dan cahaya yang menari di atasnya," kata Sandford pada Washington Post. (*)