Situs Geoheritage Lava Bantal

Proyek Irigasi Geoheritage akan Jadi Kawasan Edukasi Pertanian

Proyek yang saat ini masih berjalan tersebut disebutkan sudah dengan konsultasi ahli dan tidak merusak geoheritage

Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.com | DWI NOURMA HANDITO
Alat berat sedang bekerja di proyek irigasi yang melintasi kawasan geoheritage lava bantal yang terletak di Jogotirto, Berbah, Sleman, pekan kemarin. Kawasan ini adalah satu dari sembilan kawasan geoheritage yang ditetapkan oleh Badan Geologi Kementerian ESDM Republik Indonesia pada tahun 2014 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Proyek saluran irigasi yang melewati kawasan geoheritage lava bantal nantinya akan menjadi bagian dari kawasan edukasi pertanian.

Hal tersebut disampaikan oleh Kapala Bidang Sumber Daya Air PUP-ESDM DIY, Fauzan Umar, akhir pekan kemarin.

Menurut Fauzan Umar, proyek tersebut adalah saluran irigasi sumber dan proyek yang sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu, bahkan sebelum kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan geoheritage.

Selain itu, proyek yang saat ini masih berjalan tersebut disebutkan sudah dengan konsultasi ahli dan tidak merusak geoheritage.

"Lava bantal kan yang sebelah barat, tidak diapa-apakan, yang sebelah timur tidak apa-apa karena banyak di mana-mana," ujarnya.

Sudah ada perubahan design saluran irigasi tersebut setelah adanya penetapan kawasan lava bantal sebagai sebuah kawasan geoheritage. Bahkan menurut Fauzan dengan adanya saluran irigasi tersebut akan menarik perhatian publik.

"Irigasi ini menjadi kawasan edukasi pertanian. Seperti rencana dari Bu Camat, jadi edukasi geologi, edukasi pertanian, sumber daya air, menjadi pembelajaran sumber daya air dan tidak merusak lingkungan," lanjut Fauzan.

Terkait dengan desain irigasi, saluran irigasi memang harus dengan menggali batuan yang ada di sisi timur agar air bisa mengalir karena memanfaatkan gravitasi.

Kemudian saluran yang ada di sisi timur akan disebrangkan ke sisi barat dengan jembatan yang letaknya di selatan lava bantal.

"Kita harus menggali karena kita memang harus membawa air, tetapi bukan lava bantal. Tetapi ini suatu kawasan, masih tersisa banyak (batuan semilir). Kita menggali juga tidak pakai alat berat, pakai cutter agar tidak merusak secara membabi buta, talang penyebrangan air juga digeser ke selatan agar tidak merusak (lava bantal)," jelasnya.

Pertimbangan biaya

Ketika ditanya apakah sebenarnya proyek tersebut bisa tidak melewati kawasan geoheritage, Fauzan mengatakan itu bisa dilakukan.

Yakni dengan menggunakan sistem pompa, namun secara pendanaan itu akan menjadi lebih mahal dan menggunakan bahan bakar.

Sementara itu, untuk yang diadopsi di proyek saat ini menurutnya tidak menggunakan bahan bakar meski nantinya ada pompa yang akan beroperasi.

Tetapi pompa tersebut akan digerakkan dengan turbin yang digerakan menggunakan sumber daya air.

Saluran irigasi ini nantinya selain untuk mengairi sawah masyarakat juga bisa digunakan untuk menyuplai air di embung yang ada di daerah tersebut. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved