Gus Mus Setuju Adanya SE Penanganan Hate Speech

Tokoh Ulama Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menilai Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: oda
tribunjogja/agungismiyanto
Tokoh Ulama, Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di sela-sela pameran lukisan The People in 70 Years di museum Oei Hong Djien (OHD) Kota Magelang, Rabu (4/11) malam. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto

TRIBUNJOGJA, MAGELANG - Tokoh Ulama Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus menilai Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia mengenai penanganan ujar kebencian atau hate speech adalah hal yang wajar.

Dia pun menyetujui adanya SE terkait hal ini, selama tidak menghambat kebebasan seseorang untuk berekspresi.

"Saya setuju (dengan SE penanganan hate speech), dalam artian tidak menghambat kebebasan manusia itu sendiri. Serta, tidak menghambat kebebasan berekspresi," jelas Gus Mus di sela-sela pameran lukisan "The People in 70 Years" di museum Oei Hong Djien (OHD) Kota Magelang, Rabu (4/11/2015) malam.

Menurutnya, SE ini dikeluarkan untuk kepentingan bersama dan agar masyarakat tetap berhati-hati dalam berbicara.

Perkembangan era digital menurut pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang ini menjadikan banyak orang untuk dengan bebasnya berbicara melalui akun media sosial.

“Bahkan, ada yang hobinya menjelek-jelekkan orang di grup medsos. Jika ini menjadi sebuah kebiasaan dan hobi, sangat berbahaya. Apalagi, menjelekkan orang yang tidak dikenal,” paparnya.

Gus Mus yang menjadi Rais Syuriah PBNU ini juga mengatakan, keluarnya SE tak lepas dari banyaknya orang yang mengeluhkan hate speech di medsos sudah dalam ambang keterlaluan. Hal ini, kata dia, merupakan dampak dari era keterbukaan.

Bahkan, dia mencontohkan, orang Indonesia bagaikan burung dalam sangkar, begitu ada sisi yang dibuka, burung ini akan bertingkah tak karuan untuk melepaskan diri.

Hal tersebut sama dengan ketika era keterbukaan informasi, namun masyarakat belum siap dalam menyikapinya.

“Kebebasan itu sebenarnya akan terhenti ketika bertentangan dengan orang lain. Sama dengan orang menyetel radio keras-keras, boleh apa tidak?, mengganggu atau tidak?. Maka, jangan sampai kebebasan dan demokrasi itu diartikan mengganggu kebebasan orang lain,” ujarnya.

Gus Mus mengajak agar setiap orang harus lebih terdidik. Banyak masyarakat di Indonesia yang pandai secara pikiran atau otak saja.

Akan tetapi, dia mempertanyakan berapa orang yang terdidik. Mempersiapkan pendidikan, kata dia, merupakan hal penting. Apalagi dengan pendidikan karakter.

“Yang paling penting adalah, perlu lebih banyak pendidikan dan keseimbangan dengan hati. Sehingga, manusia akan mengerti batas-batas kebebasan itu,” tutupnya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved