Perantau Suku Dayak Hibur Warga Yogyakarta

Untuk mengobati rindu terhadap kampung halaman, mereka berkumpul dan membuat sebuah acara yang dinamakan "Pesta Seni dan Budaya Se-Kalimantan XIII"

Penulis: abm | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Septiandri Mandariana
Untuk mengobati rindu terhadap kampung halaman, warga suku Dayak yang merantau berkumpul dan membuat sebuah acara yang dinamakan "Pesta Seni dan Budaya Se-Kalimantan XIII". 

TRIBUNJOGJA.COM - Ratusan orang berbaris dan menunjukan kebolehannya dalam sebuah karnaval di hadapan masyarakat Yogyakarta. Terlihat wajah-wajah sumringah terpancar dari setiap wajahnya.

Mereka adalah para perantau yang rindu akan seni dan budaya, serta tradisi yang ada di kampung halamannya.

Merekalah masyarakat suku Dayak yang berada di perantauan, baik untuk melanjut jenjang pendidikan, bekerja dan lainnya.

Untuk mengobati rindu terhadap kampung halaman, mereka berkumpul dan membuat sebuah acara yang dinamakan "Pesta Seni dan Budaya Se-Kalimantan XIII".

Acara inidiselenggarakan pada 1 hingga 3 Oktober 2015 di Taman Budaya Yogyakarta.

Sebelum acara tersebut resmi dibuka, pada Kamis (1/10/2015) pagi, ratusan orang berpakaian khas dayak yang terbagi menjadi 13 kelompok kontingen, berjalan beriringan melewati sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta.

Di sana, selain memperlihatkan baju khas Dayak, mereka pun memperlihatkan beberapa tarian dan nyanyian khas Dayak.

Hal tersebut menyedot animo masyarakat maupun wisatawan yang ada di sepanjang jalan tersebut.

Ada yang bertepuk tangan, ada juga yang mengabadikan momen itu dalam sebuah kamera ponsel untuk berfoto didekat para peserta karnaval.


Tribun Jogja/Septiandri

Para suku Dayak yang terlibat dalam pesta seni dan budaya merupakan para perantau yang datang dari beberapa daerah, di antaranya dari Solo, Semarang, Salatiga dan lainnya.

"Kami berusaha untuk memperkenalkan budaya kami kepada masyarakat Yogyakarta," ujar Andreas Paulus, Ketua Panitia Pesta Seni dan Budaya Dayak Se-Kalimantan XIII.

Ia mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan untuk meramaikan Yogyakarta sehingga menarik minta para wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Selain itu, pihaknya pun ingin menunjukan bahwa Yogyakarta merupakan sebuah wilayah yang memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi. Dimana setiap pemeluk agama, ras dan lainnya dapat berdampingan dengan damai di sini.

Tato

Selain memperlihatkan beberapa jenis pakaian adat khas suku dayak, mereka pun memperlihatkan beberapa corak tato suku dayak.

Menurutnya, pada masa lalu, tato merupakan sebuah lambang yang menunjukan siapakah seseorang tersebut di tengah masyarakatnya.

"Seperti lambang bunga terong yang terdapat di dekat lengan. Itu waktu dulu melambangkan bahwa dia adalah kepala suku," ujarnya.

Hal serupa pun dikatakan oleh Sekundus R yang merupakan pembina dari Sanggar Komunitas Pecinta Seni dan Budaya Parindu.

Ia mengatakan, bunga terong tersebut pun dapat diartikan sebagai lambang seseorang yang telah merantau.

Lambang bunga terong tersebut pun ia kenakan pada pakaian adat khas suku dayak miliknya pada saat karnaval berlangsung

"Kami berasal dari Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Saya sangat senang bisa mengikuti pesta seni dan budaya ini. Masyarakat di sini pun terlihat sangat mengapresiasi kami," kata Sekundus.


Tribun Jogja/Septiandi

Andreas melanjutkan, pesta tersebut diikuti oleh beberapa sub suku dayak yang tersebut di seluruh daerah di Kalimantan.

Ia mengatakan, hal ini pun dapat menjadi sesuatu penyadaran bagi masyarakat yang sudah mulai melupakan budayanya sendiri akibat modernisasi.

"Kebudayaan kami tidak tergerus, namun banyak anak muda yang sudah mulai tidak mengenal. Dari sini kami ingin kembali mengajak dan memperkenalkan lagi budaya yang merupakan budaya asli Indonesia ini," tambah Andreas.

Selain mengadakan karnaval, acara yang berlangsung selama tiga hari di Taman Budaya Yogyakarta ini pun menyelenggarakan beberapa agenda kegiatan.

Agenda tersebut di antaranya ada lomba gasing, lomba memasak makanan khas dayak, dan lomba sumpit. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Tags
dayak
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved