ISPA dan Ancamannya Kepada Balita
Beberapa bulan terakhir, jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Ispa) di Kulonprogo meningkat cukup signifikan.
Penulis: Yoseph Hary W | Editor: oda
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Beberapa bulan terakhir, jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Ispa) di Kulonprogo meningkat cukup signifikan.
Penyakit yang kebanyakan dialami oleh anak-anak ini bahkan beberapa bulan menempati 10 besar. Meski tidak selalu berturutan dalam beberapa bulan, namun peningkatan jumlah penderitanya terbilang cukup tinggi.
Berdasarkan data RSUD Wates, jumlah penderita penyakit ISPA per bulan sejak Januari sampai Agustus adalah masing-masing 86, 88, 99, 89, 77, 81, 45, dan 80 anak.
Jumlah tersebut terbilang sedikit karena kasus penyakit ini telah tertangani di tingkat puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo, Bambang Haryatno, mengatakan ISPA termasuk penyakit yang harus diwaspadai pada musim kemarau ini. Kecenderungan yang dialami masyarakat adalah menderita batuk dan pilek.
"Di musim kemarau ini agar masyarakat menjaga daya tahan tubuh. Menghindari debu untuk memperkecil kemungkinan terkena ispa," kata Bambang, Minggu (20/9/2015).
Bambang mengatakan penderita penyakit ISPA didominasi anak-anak termasuk anak di bawah lima tahun.
Selain para orangtua harus menambah dan menjaga daya tahan tubuh anak-anaknya, pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi anak keluar rumah.
"Asal daya tahan bagus, pastinya tidak terserang Ispa," lanjutnya.
Sekretaris Dinkes Kulonprogo, Bambang Sudaryanto, menambahkan hasil rekapitulasi jumlah penderita penyakit berkaitan dengan musim kemarau saat ini belum selesai.
Update data dari semua puskesmas beberapa bulan lalu memang mencapai 256 penderita ISPA di bawah lima tahun. Penyakit serupa kategori bukan merupakan pneumonia bahkan mencapai lima ribuan anak.
"Intinya musim ini banyak debu sebagai pemicu. Sarannya keluar rumah harus memakai masker," katanya.
Wadir Pelayanan RSUD Wates, Witarto, mengatakan pasien penyakit pernafasan diterima rumah sakit sebenarnya jauh lebih sedikit dibanding di puskesmas.
Hal itu menunjukkan penyakit ISPA telah berhasil ditangani di tingkat puskesmas.
Sementara itu, Direktur RSUD Wates, dr Lies Indriyati, mengatakan kecenderungan peningkatan jumlah penderita ISPA saat ini karena dipengaruhi oleh kondisi musim kemarau.
Sebab itu, dia mengimbau, terlebih bagi anak-anak, agar tidak terlalu berada di tempat terbuka atau umum.
Pasalnya, di jalan raya atau umum misalnya, selain polusi tinggi juga banyak debu karena kondisi kering akibat musim kemarau. "Maka baiknya ketika keluar rumah memakai masker," kata dr Lies, Minggu (20/9).
Dalam kondisi tersebut, menurutnya, orang cenderung cepat mengalami dehidrasi. Hal itu memicu rasa sakit pada saluran pernafasan. Saluran pernafasan yang kering, menurutnya, mudah mengalami iritasi.
Untuk itu, dr Lies mengimbau agar masyarakat menjaga makanan seimbang. Terutama makanan yang mengandung karbohidrat, protein, makanan sayur dan buah, serta air dan mineral.
"Air dan mineral ini yang kerap dilupakan. Orang cenderung malas minum padahal cuaca panas dan kering sehingga risiko terkena Ispa tinggi," katanya. (tribunjogja.com)