Cerita Seorang Freelance Artist yang 20 Tahun Berkarya
Fikaris adalah seorang pekerja kreatif yang bukan hanya berkaya lewat komik, ia juga seorang ilustrator, penerbit, dan seniman paruh waktu
Penulis: rap | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - SESEORANG mungkin bertanya-tanya jika di hadapannya ada seorang seniman yang telah berkarir selama 20 tahun di bidang seni tertentu. Pertanyaan pertama yang paling mungkin diajukan kepada sang seniman adalah: "Apa saja yang Anda lakukan selama 20 tahun karir Anda?" Pertanyaan tersebut diajukan pada diskusi Rabu sore, (3/12) lalu, di kampus STSRD VISI.
Pada kesempatan acara diskusi tersebut, seorang seniman asal Australia, Michael P Fikaris memberikan ceramah tentang apa yang dia kerjakan selama 20 tahun berkarir di bidang komik.
Fikaris adalah seorang pekerja kreatif yang bukan hanya berkaya lewat komik, ia juga seorang ilustrator, penerbit, dan seniman paruh waktu. Fikaris mengaku dirinya sebagai "freelance artists". Dalam diskusi yang dipandu oleh Mohammad Hadid, Co-founder Akademi Sekuensial, dan Athonk Sapto Raharjo (seorang eksponen komik indie Jogja, yang juga pencipta karakter "Oldskull"), Fikaris menjelaskan perjalanan karirnya dengan menunjukkan rentetan visual.
Di setiap visualitas yang dia tunjukkan ada konsep dan ceritanya sendiri. Satu nilai paling menonjol yang bisa dijadikan pakem untuk menilai karirnya selama 20 tahun adalah kegairahannya dalam mencoba gaya (style) yang berbeda.
Diskusi yang berjalan selama satu jam itu menjadi menarik karena idiom "gaya gambar" bagi Fikaris adalah ladang eksperimen yang bisa digarap sesuka hati. "Gaya gambar" bagi seorang Fikaris bukan hanya kekhasan yang menempel, melainkan juga entitas yang sangat elastis, dalam arti bisa diterapkan lewat media apapun, dan pada gilirannya bisa dirombak sesuka hati.
Lewat diskusi itu pula, Athonk mengungkapkan satu "rahasia" yang selalu dipegang Fikaris, yakni, menggambarlah lewat media kecil, yang kemudian bisa diperbesar menurut kebutuhan. Menurut Athonk, kelebihan dari menggambar di media kecil terletak pada keluwesannya.
Besar dan Kecil
Ketika orang menggambar di media besar, waktu dan tenaga akan terbuang untuk memikirkan dan menambahkan banyak detail. Sebaliknya, ketika menggambar di media kecil, katakanlah di sebuah kertas berukuran 10x10 cm, ada banyak keleluasaan yang tersedia, sehingga seorang penggambar bisa lebih bebas untuk menambahkan banyak detil tanpa takut kelelahan.
Sosok dan karakter Old Skull yang diciptakan Athonk sangatlah unik. Penampilannya cukup sangar, mukanya berbentuk tengkorak dengan rambut mohawk, dan runcing ala punkers, namun dibalik semua itu, Old Skull adalah sosok yang lugu, dan mengalami tragedi kehidupan yang lucu.
Old Skull pertama kali tercipta ketika Athonk berada di Honolulu, Hawaii tahun 2001. Di Honolulu terkumpul satu cerita yang akhirnya ia bukukan dalam komik pertama Old Skull. Selanjutnya terbit buku kedua Old Skull yang banyak menceritakan tentang pengalaman sang seniman yang sempat tinggal di Amerika Serikat.
Sebenarnya isi cerita dari kedua komik tersebut tidak hanya bercerita tentang perjalanan di Amerika, banyak juga cerita yang didapat dari pengalaman di Indonesia. Dan dengan kedua seri komik ini, akhirnya mendapatkan penghargaan KOSASIH Award sebagai 'komik indie terbaik satu dekade' 2007.
Komik Old Skull juga sudah sering muncul secara reguler di kompilasi komik Melbourne, Australia, dan juga pernah terbit berkala di majalah tato Magic Ink Bali.
Rangkaian launching komik kompilasi kolaborasi seniman komik Australia dan Indonesia 'Dailies #4 60 artist comic' ini juga digelar di Oxen Free, Jl Sosrowijayan pada Jumat malamnya. Ada empat komikus Indonesia asal Yogyakarta yang menjadi partisipan, yakni Athonk, Oik Wasfuck, Ryan Ady Putra dan Okta Samid.
Pada malam tersebut juga dipamerkan hasil kolaborasi komik art karya Dhomaz 'Kampret', Djuwadi, Dendra, Arsita, dan Oik Wasfuck, tak ketinggalan launching komik seri terbaru Old Skull #4.
Selain memberikan workshop di kampus STRD VISI, Michael Fikaris juga menggelar workshop membuat komik di Survive! Garage, bersama seniman street art Bayu Widodo. Semua komik ini bisa didapat di DGTMB Jalan Kadipaten Kidul 28 Yogyakarta, atau online di www.silentarmy.org. (tribunjogja.com)