Jogja Hip Hop Foundation 'Semar Mesem Romo Mendem': The Book of Sindhunata
Tahun ini tepatnya 7 November 2014, JHF merilis album terbaru yang berkolaborasi dengan Romo Sindhunata
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - LEBIH dari empat tahun berlalu sejak Jogja Hip Hop Foundation (JHF) terakhir kali mengeluarkan album, tahun ini tepatnya 7 November 2014, JHF merilis album terbaru yang berkolaborasi dengan Romo Sindhunata.
Album yang dikemas unik dengan bentuk buku ini berjudul 'Semar Mesem Romo Mendem'; the Book of Sindhunata.
Pertemuan JHF dengan Sindhunata dimulai ketika mereka menggelar proyek Poetry Battle (2006 - 2009), sebuah proyek eksplorasi puisi Indonesia. Sejak itu, JHF seperti menemukan chemistry yang tak bisa ditolak pada puisi-puisi karya Sindhunata, sehingga kolaborasi ini berlanjut dan hadir dalam bentuk buku ini.
Sebanyak 14 lagu dalam buku album ini adalah pilihan dari sekitar 20-an lagu yang sudah dikerjakan JHF bersama Sindhunata dari tahun 2006 hinggs 2013. Judul ,Semar Mesem Romo Mendem? dipilih karena Sindhunata sesungguhnya seorang Romo Katolik yang nyambi jadi aktivis seni-budaya.
"Atas segala watak "bijak"-nya, JHF mengibaratkan Romo Sindhu seperti tokoh Semar dalam pewayangan," kata founder JHF, Marzuki 'Kill the DJ' Mohamad.
Melalui proses bertahun-tahun JHF bekerja dengan puisi-puisi Sindhunata, dan banyak teks literatur Jawa kuno seperti; Centhini, Gatholoco, Jayabaya, Ronggowarsito dll, telah mengajarkan mereka banyak hal.
JHF memaknainya sebagai proses belajar mengenal diri sebagai orang Jawa yang sesungguhnya tidak paham Jawa itu apa. Juga belajar membuka diri kepada "hal lain", bersinggungan dengan "yang lain".
Proyek buku 'Semar Mesem, Romo Mendem' ini sempat tertunda lebih dari setahun, hal ini karena kesibukan JHF dengan berbagai proyek, termasuk beberapa tur di dalam dan luar negeri. Marzuki mengakui bahwa JHF adalah unit hip hop yang susah untuk bikin album, sebagaimana Sindhunata ketika menulis puisi.
Kebanyakan JHF membuat lagu karena sebab-akibat. Lagu-lagu JHF lebih banyak sebagai pertanda dan saksi akan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Selain merilis album, JHF yang digawangi Marzuki Mohammad atau yang dikenal Kill the DJ, Balance Perdana Putra, Heri Wiyoso, Janu Prihaminanto, dan Lukman Hakim ini terlibat dalam sebuah kolaborasi yang menyajikan kesenian tradisional Jawa berpadu dengan musik urban.
JHF tampil pada pentas teater Indonesia Kita yang mementaskan Semar Mendem di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (7/11) malam. Semar Mendem mengangkat kritik terhadap gambaran dan permasalahan yang terjadi usai pesta demokrasi pemiilihan Presiden dan Wakil Presiden, serta potret poltik Indonesia masa kini.
Pementasan "Semar Mendem" ini digarap oleh Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Bre Redana sebagai orang dibalik layar. "Semar Mendem" berkisah mengenai sosok Semar yang dikenal dalam dunia pewayangan memiliki kearifan dan kebijaksanaan yang tinggi.
Bahkan banyak yang menganggapnya sebagai satu gambaran dari sosok pemimpin ideal. Selama di Jakarta JHF juga sempat melakukan promo di beberapa stasiun televisi nasional.
Tidak hanya itu, bersamaan dengan rilis buku album Jogja Hip Hop Foundation [JHF] berjudul Semar Mesem Romo Mendem; the Book of Sindhunata, JHF juga merilis buku pertama mereka.
Buku bertajuk 'Java Beat in the Big Apple' ini berisi catatan perjalanan yang ditulis oleh Marzuki 'Kill the DJ' Mohamad, selama melakukan tur di Amerika Serikat pada 2012 bersama JHF.
Buku album ,Semar Mesem Romo Mendem; the Book of Sindhunata? dan Buku 'Java Beat in the Big Apple' bisa didapatkan di studio JHF Jogja National Museum, dan toko buku Gramedia, atau melalui pembelian online di situs www.hiphopdiningrat.com. (tribunjogja.com)