Pengendalian BBM Bersubsidi

Warga Klaten Harus Antre Dua Jam Demi Kebagian BBM

Ketiga SPBU tersebut ialah SPBU di Desa Karangwuni,Kecamatan Ceper, SPBU yang berada di Desa Besole, Kecamatan Ceper, dan SPBU di Desa Ketandan

Penulis: oda | Editor: tea
Tribun Jogja/ Obed Doni Ardiyanto
Ketiga SPBU tersebut ialah SPBU di Desa Karangwuni, Kecamatan Ceper, SPBU yang berada di Desa Besole, Kecamatan Ceper, dan SPBU di Desa Ketandan, Kecamatan Klaten Utara. Puluhan jerigen dibariskan untuk menanti giliran diisi dengan BBM bersubsidi jenis premium. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Obed Doni Ardiyanto

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN – Berdasarkan pantauan Tribun Jogja sepanjang Jalan Solo-Jogja, mulai Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, hingga Desa Karang, Kecamatan Delanggu, ada tiga SPBU yang kebanjiran antrian jerigen. Selasa (26/8/2014).

Ketiga SPBU tersebut ialah SPBU di Desa Karangwuni, Kecamatan Ceper, SPBU yang berada di Desa Besole, Kecamatan Ceper, dan SPBU di Desa Ketandan, Kecamatan Klaten Utara. Puluhan jerigen dibariskan untuk menanti giliran diisi dengan BBM bersubsidi jenis premium.

Salah satu pengantri jerigen di SPBU yang berada di Desa Ketandan, Kecamatan Klaten Utara, Paiman (40), asal Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen, mengatakan antrian di pom bensin itu mulai sejak pukul 10.00 WIB. Padahal, pasokan premium baru datang sekitar pukul 12.00 WIB.

“Itu tadi ada orang yang mengantri sejak pukul 10.00 WIB dan baru bisa pulang bawa bensin sekitar pukul 13.00 WIB. Saya baru datang sekitar pukul 12.00 WIB. Saya sebenarnya tidak mau mengantri seperti ini, tapi karena butuh bensin buat mesin  yang mengairi ladang jagung, mau bagaimana lagi,” ucapnya, di Klaten, Selasa (26/8/2014).

Hal yang sama dikatakan Wiyono (55), warga Desa Mlese, Kecamatan Ceper. Dia sudah mengantri sekitar satu jam di SPBU, Desa Karangwuni, Kecamatan Ceper. Dia juga membutuhkan bensin untuk mengairi sawahnya.

“Saya sudah datang di dua lokasi di Pedan dan Ketandan tapi habis dan antriannya juga banyak. Kemudian saya ke sini dan ternyata juga harus mengantri. Sepuluh liter bensin untuk mengairi sawah satu patok. Takutnya, sudah mengantri, tapi akhirnya tidak dapat jatah,” jelasnya.

Wiyono mengatakan, seharusnya kalau BBM bersubsidi mau naik, langsung dinaikan. Pasalnya, dengan pengurangan kuota membuat para petani tidak bisa mengerjakan sawahnya. “Seharusnya bisa menyelesaikan pengairan sawah lebih cepat, namun waktu dan tenaga tersita untuk mencari SPBU yang masih ada bensinnya dan mengantri,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved