Asyiknya Memelihara Terumbu Karang di Akuarium

Di Yogyakarta sendiri membuat akuarium air laut lambat laun makin populer. Para penghobinya berkumpul dalam sebuah wadah bernama Jogja Reef Community

ikanhiaslaut.blogspot.com
Ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beberapa tempat di Indonesia seperti perairan Bunaken, Nusa Dua Bali dan Gunungkidul Yogyakarta dikenal memiliki keindahan terumbu karang dengan beragam biota laut di dalamnya. Untuk menikmati keindahan dan keunikan paru-paru dunia bawah laut tersebut, kita bisa melakukannya dengan snorkling.

Namun, belakangan ini muncul cara baru untuk menikmati keindahan biota laut dan terumbu karang tersebut. Caranya dengan membuat habitat terumbu karang beserta berbagai makhluk hidup penghuninya di dalam sebuah akuarium.

Di Yogyakarta sendiri membuat akuarium air laut lambat laun makin populer. Para penghobinya berkumpul dalam sebuah wadah bernama Jogja Reef Community (JRC). Komunitas ini berdiri dua tahun lalu, saat ini anggota aktifnya sekitar 31 orang. Kegiatannya antara lain gathering ke pantai-pantai di wilayah Gunungkidul sembari snorkling.

Salah satunya anggotanya adalah Rio Sitepu. Sejak 2010 lalu, berawal melihat film Finding Nemo, ia mulai senang dan langsung membeli seperangkat akuarium beserta isinya.

Tanpa pengetahuan yang matang tentang pemeliharaan sistem akuarium air laut, Rio berkali-kali mengalami kegagalan, alhasil terumbu karang dan ikan hias yang ia beli pun mati dan hanya mampu bertahan selama seminggu.

"Pokoknya dulu asal beli terus pelihara, aku pertama beli nemo (clonfish) Rp 15 ribu, dory atau letter six Rp 65 ribu dan beberapa ikan karang harganya waktu itu Rp 10 ribu dapat tiga. Tapi baru seminggu dipelihara sudah mati semua, beli lagi mati lagi, sampai hampir setahun aku baru bisa menerapkan pengalaman dan sukses membuat ekosistem di akuarium bertahan. Kalau sudah berhasil rasanya puas, karena mengasikkan, penuh tantangan, " ujar Rio bersemangat.

Akurium berukuran 1 meter x 45 cm x 45 cm milik Rio yang pertamakali sukses bertahan iseng-iseng ditawarkan melalui sebuah situs jual beli, ternyata ada yang berminat dan membelinya Rp 1,5 juta.

"Padahal aku modalnya lebih, tapi ngga papa, duit dari hasil jual akuarium pertama itu, aku buat modal lagi bikin akuarium baru dengan pengetahuan yang sudah aku dapat," terang Rio.

Lantaran minim pengetahuan, Rio pun pernah tanpa lampu ketika membuat aquarium air laut tersebut. Berbagai lampu ia coba untuk menyuplai kebutuhan sinar biota dan terumbu karang. Mulai dari lampu neon, lampu celup, hingga akhirnya ia memperoleh info yang pas menggunakan lampu LED.

"Lama aku pelajari, akhirnya aku bikin lampu sendiri. Sekarang aku sudah jual ke sesama penghobi. Lumayan, dari situ dapat pemasukkan," kata Rio.

Lain halnya dengan, Rofi Merabuana, ia bahkan sempat memakai lampu odong-odong. Alhasil, semua terumbu karang dan ikan hias di dalamnya mati dalam waktu singkat.

"Untuk pemula, supaya lebih aman, sebaiknya mencari teman atau informasi ke orang yang sudah lebih dulu bermain akuarium laut. Pertama, harus tahu ukuran aquarium yang paling memungkinkan di rumahnya, mejanya, baru bikin aquarium. Selanjutnya bisa di isi dengan terumbu karang cabangan, untuk ikan bisa nemo atau yang terjangkau dulu, kemudian sering-sering sharing bareng teman yang lebih ngerti," ujar Rofi. (Tribunjogja.com)

Tags
akuarium
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved