Aktivitas Vulkanik Merapi

Terkuras Habis di 2010, Perut Merapi Saat Ini Proses Pengisian Magma Lagi

Surono Menilai Aktivitas Merapi Saat Ini Berbeda Dengan 2010

Penulis: dnh | Editor: tea
zoom-inlihat foto Terkuras Habis di 2010, Perut Merapi Saat Ini Proses Pengisian Magma Lagi
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
Kondisi puncak gunung Merapi dilihat dari arah Kalitengah Lor pada bulan April 2011.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Karakter gunung Merapi yang saat ini sedang dalam status Waspada dinilai berbeda dengan karakter gunung Merapi pada empat tahun lalu atau saat terjadinya letusan 2010. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral, Surono seusai menghadiri dialog dengan tajuk Apa Kabar Merapi di kantor BPPTKG Yogyakarta, Jumat (2/5).

“Merapi saat ini sudah berbeda sejak tahun 2010, Merapi sudah gak pakai topi (Kubah) sehingga sering kita lihat ada letusan dan dentuman,” kata pria yang akrab disapa mbah Rono tersebut.

Menurut Surono, saat ini di perut Merapi sedang ada proses pengisian magma yang pada 2010 sudah terkuras habis. Saat magma naik ke kantong magma Merapi akan dibarengi dengan pendinginan dan adanya akumulasi gas, selain juga adanya pelepasan gas yang menimbulkan suara dentuman dan letusan minor.

Selain itu, letusan minor yang sering terjadi di Merapi beberapa waktu lalu menurut Surono juga diakibatkan karena saluran antara kantong magma ke permukaan relatif terbuka, sehingga gas yang ada akan mudah terlepas. Hal tersebut berbeda dengan 2010 dimana pada waktu itu
terdapat sumbatan di saluran yang menimbulkan adanya kubah di puncak Merapi, sehingga gas yang ada didalam terus mendesak keatas dan menyebabkan adanya guguran yang bisa menimbulkan awan panas.

“Sekarang baru akumulasi terkumpul sedikit langsung terlepas, kalau yang kemarin-kemarin agak sedikit terhambat,” ujar Surono.

Surono menyebutkan bahwa kondisi saat ini cenderung menguntungkan karena tidak akan ada akumulasi gas yang kuat. Selain itu, tidak terbentuknya kubah di puncak Merapi juga bisa menjadi tanda bahwa kemungkinan tidak akan ada letusan seperti 2010.

Terkait dengan kenaikan magma, menurut Surono apabila melihat karakteristik Merapi yang sebelumnya maka akan ada kubah yang terbentuk saat ada pergerakan magma ke atas. Sedangkan untuk kondisi saat ini hal tersebut belum terjadi.

“Andaikan dalam proses kedepan tidak membentuk kubah, tidak akan ada letusan seperti 2010,” ujar Surono.

Terkait dengan peningkatan status, Surono tidak bisa memastikan apakah akan naik statusnya atau tidak. Jika memang dirasa tidak ada peningkatan aktivitas, menurutnya penurunan aktivitas bisa saja dilakukan.

Sementara itu, kondisi Merapi pasca dinaikan statusnya menjadi Waspada cenderung masih fluktuatif. Hal tersebut dilihat dari masih adanya dentuman dan juga kegempaan yang cenderung masih tinggi.

Dari data BPPTKG pada Kamis (1/5) setidaknya terjadi satu kali gempa guguran, empat kali gempa tektonik, satu kali gempa tele dan 14 kali gempa low frekuensi (LF). Sedangkan data pada Jumat (2/5) hingga pukul 07.00 tercatat tujuh kali gempa guguran, satu kali gempa tektonik dan dua kali gempa low frekeunsi (LF).

“Dentuman masih fluktuatif dan masih berlangsung, hal tersebut diakibatkan masih adanya akumulasi gas yang menyebabkan terjadinya turbulensi. Selain juga untuk gempa LF masih tinggi,” kata Subandriyo, Kepala BPPTKG Yogyakarta.(dnh)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved