Aktivitas Vulkanik Merapi

BPPTKG : Belum Ada Pergerakan Magma ke Permukaan

Naiknya status Merapi lebih diakibatkan karena ada peningkatan aktivitas gas di perut merapi

Penulis: dnh | Editor: Mona Kriesdinar
Tribun Jogja/Dwi Nourma Handito
Suasana ruang monitoring gunung Merapi di gedung BPPTKG Yogyakarta, Minggu (20/4). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Meskipun status Merapi sudah naik menjadi waspada, belum ada aktivitas pergerakan magma ke permukaan. Menurut Subandriyo, Kepala BPPTKG Yogyakarta posisi magma saat ini masih di jarak 3,5 kilometer dari puncak Merapi.

Hal tersebut merupakan intepretasi awal yang diperoleh dari hasil survei geomagnetik yang dilakukan oleh BPPTKG di beberapa titik di Merapi.

Naiknya status Merapi menurut Subandriyo lebih diakibatkan karena ada peningkatan aktivitas gas di perut merapi. Sehingga hal tersebut yang mengakibatkan terjadinya suara gemuruh yang bisa didengar dari jarak yang lumayan jauh.

Untuk kegempaan, menurut Subandriyo gempa yang terjadi masih dalam kategori gempa low frekuensi (LF) dan bukan gempa high frekuensi (HF). Sedangkan gempa high frekuensi (HF) menurut Subandriyo biasanya terjadi saat adanya migrasi magma dari perut bumi ke puncak.

"Peningkatan aktivitas gas di perut Merapi menimbulkan suara gemuruh yang bisa terdengar hingga delapan kilometer. Dari catatan kami, setidaknya ada 29 kali suara ngemuruh," kata Subandriyo, Rabu (30/4/2014).

Diberitakan sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menaikkan status aktivitas kegunungapian Gunung Merapi dari "Normal" menjadi "Waspada", Selasa (29/4/2014) pukul 23.50 WIB.

Peningkatan status untuk gunung yang berlokasi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut tertuang dalam surat BPPTKG bernomor 326/04/BGV.K/2014, dengan ditandatangani oleh Kepala BPPTKG Subandriyo.

Dalam surat tersebut dinyatakan status kegunungapian Gunung Merapi naik menjadi "Waspada" berdasarkan data peningkatan aktivitas baik dari pemantuan memakai alat maupun berbasis visual.

Selama rentang 20 April 2014 sampai 29 April 2014, BPPTKG mencatat telah terjadi 37 kali gempa guguran, 13 gempa multifase, 4 embusan awan panas, 24 gempa tektonik, dan 29 kali gempa berfrekuensi lemah.

Adapun dari pengamatan di pos-pos pemantau Gunung Merapi, terdengar dentuman yang terdengar hingga radius 8 kilometer. (tribunjogja.com)

Skandal Kuliner Terkait :
Disegel, Bakpia Tidak Asli Jadi Buronan di Malaysia

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved