Mahasiswa UGM Manfaatkan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Risiko Transmisi Filariasis

Perkembangan kemampuan penginderaan jauh tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan akan informasi spasial

Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Muhammad Fatoni
dok.humas UGM
Gedung rektorat UGM 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Alat penginderaan jauh bukan lagi digunakan untuk pemetaan namun sudah digunakan untuk melakukan pengukuran, memantau perubahan, pemodelan spasial dan pengelolaan lingkungan.

Perkembangan kemampuan penginderaan jauh tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan akan informasi spasial.

Namun pemanfaatan di bidang kesehatan masyarakat dan lingkungan belum banyak dimanfaatkan.

Mahasiswa program doktor Fakulats Geografi UGM Endang Surjanti, S.Si., M.Pd., memanfaatkan penggunaan teknologi pengideraan jauh untuk mengukur risiko transmisi filariasis limfatik (penyakit kaki gajah) dengan menggunakan landsat dan sistem informasi geografis di sekitar wilayah Pekalongan.

Ia menggunakan parameter model pola spasio temporal berupa kerapatan vegetasi, penutup lahan, kondisi air permukaan dan suhu permukaan lahan.

Menurutnya, faktor yang paling berpengaruh terhadap risiko transmisi filariasis adalah kerapatan vegetasi.

Perubahan risiko yang dihasilkan oleh perubhan kerapatan vegetasi lebih besar dibanding parameter lainnya.

”Jika semua variabel dalam kondisi konstan kecuali kerapatan vegetasi maka variabel kerapatan vegetasi akan memberikan nilai keunggulan paling tinggi,” kata Endang Surjanti dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor di ruang Auditorium Fakultas Geografi UGM, Rabu (31/7/2019).

Dari hasil uji akurasi penelitiannya didapatkan bahwa peta sebaran titik kasus filariasis dibandingkan dengan peta risiko transmiisi pada tahun 2016 sebesar 80,27 persen.

Dengan demikian sebanyak 19, 73 persen dari titik kasus yang ada berada pada wilayah tidak berisiko.

“Jumlah filariasi tahun 2016 sebesar 330 kasus, luas wilayah tidak berisiko 388 km persegi dan berisiko sebesar 498,38 km persegi,” katanya

Berdasarkan penelitiannya ini ia merekomendasikan perlunya pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geospasial.

Hal ini untuk mengidentifikasi wilayah yang memiliki potensi risiko transmisi filariasis limfatik untuk lebih dikembangkan untuk membantu pemetaan lebih cepat.

"Sehingga dapat membantu surveilans dan monitoring transmisi filariasasi semakin meluas," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved