ISIS Gunakan Perisai Manusia untuk Pertahanan Terakhir di Baghouz
Taktik ISIS menggunakan perisai manusia menyulitkan pasukan SDF yang berniat menggelar serangan tahap akhir sampai seluruh warga sipil diungsikan.
TRIBUNJOGJA.COM - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melakukan perlawanan terakhir demi mempertahankan posisi mereka di Baghouz, desa dekat Sungai Eufrat.
Pasukan Demokratik Suriah atau Syrian Democratic Forces (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS) menyatakan, ISIS menggunakan kombinasi bom mobil hingga perisai manusia.
Juru bicara SDF Mustafa Bali di Twitter berkata, koalisi telah menghancurkan sejumlah bom mobil dalam dua hari terakhir pertempuran.
"Setidaknya tiga perangkat bom rakitan di kendaraan (VBIEDS) yang bertujuan mengincar posisi pejuang SDF sudah dihancurkan," ujar Bali dikutip VOA, Minggu (3/3/2019).
Juru bicara koalisi pimpinan AS, Kolonel Sean Ryan membenarkan bahwa serangan udara langsung dikerahkan begitu ada permintaan dari SDF.
Meski begitu, ada kekhawatiran non-kombatan terjebak dalam serangan udara tersebut. "Kami yakin ISIS menggunakan perisai manusia yang jelas melanggar hukum perang," ucapnya.
Taktik ISIS menggunakan perisai manusia bukanlah hal baru. Namun, itu jelas bisa menyulitkan SDF yang berniat menggelar serangan tahap akhir sampai seluruh warga sipil diungsikan.
Lebih dari 13.000 warga sipil melarikan diri ketika SDF menggempur benteng terakhir ISIS tersebut sejak Jumat (1/3/2019).
Berdasarkan data dari PBB, sekitar 90 persen di antara warga Baghouz itu merupakan perempuan dan anak-anak di bawah usia lima tahun yang mengalami kekurangan gizi.
Sumber dari petinggi SDF mengungkapkan, warga sipil yang berhasil mengungsi berujar, masih ada ratusan lainnya terjebak di Baghouz.
Tetapi para pejabat SDF curiga mereka yang masih berada di Baghouz merupakan anggota ISIS yang mati-matian mempertahankan wilayah mereka.
"Tidak banyak masyarakat sipil yang tersisa di Baghouz. Jadi hanya masalah waktu sebelum kami merebutnya," ucap juru bicara SDF lain, Lilwa Abdullah.
SDF mengerahkan 15.000 anggotanya untuk melancarkan serangan terakhir ke Baghouz dengan ditopang artileri serta jet tempur koalisi AS.