Bisnis
Harga Tiket Garuda Indonesia Group Turun, Menpar RI : Semoga Diikuti Maskapai Lain
Dari sejumlah pelaku usaha perhotelan bahkan menyatakan ada penurunan tingkat okupansi akibat mahalnya tarif pesawat.
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Maskapai penerbangan menjadi satu di antara faktor yang cukup penting dalam menopang industri pariwisata.
Tingginya harga tarif tiket sejumlah maskapai awal tahun lalu, tak pelak membuat para pelaku usaha pariwisata protes karena dampaknya yang signifikan terhadap kunjungan wisatawan beserta sektor lain.
Maskapai Garuda Indonesia Grup pun Kamis (14/2/2019) kemarin secara resmi mengumumkan penurunan tarif tiket untuk seluruh maskapai yang tergabung dalam unit usahanya sejumlah 20 persen.
Baca: CEO Bukalapak Minta Maaf, Tagar #Uninstallbukalapak Tetap Jadi Trending
Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya mengatakan, hal lain yang turut merasakan dari tingginya tarif maskapai penerbangan adalah sektor perhotelan.
Ia mengaku, dari sejumlah pelaku usaha perhotelan bahkan menyatakan ada penurunan tingkat okupansi akibat mahalnya tarif pesawat.
Baca: Palette: Tips Memakai Maskara untuk Pemula
"Dampaknya besar sekali, saya memang belum bisa mengkuantifikasi secara umum tapi beberapa kasus menunjukkan okupansi yang tadinya rata-rata 55 persen drop jadi 30 persen," ujarnya saat ditemui Tribunjogja.com usai menjadi pembicara kunci dalam Seminar 'Legenda Borobudur', Jumat (15/2/2019) di Royal Ambarukmo, Yogyakarta.
Menpar juga mengutarakan, tingginya tiket maskapai juga diakibatkan dari monopoli harga Avtur oleh sebuah perusahaan.
Sehingga, sejumlah stakeholder dan Kementerian terkait menyimpulkan agar tarif tiket bisa turun paling lambat di minggu kedua Februari, sehingga langsung direspon oleh Garuda Indonesia Group.
Baca: UGM dan Kemenpar RI Gelar Seminar Legenda Borobudur di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta
"Karena porsi tiket dalam pariwisata itu bisa 30-40 persen, cukup besar memang. Jadi kalau tiket naik, dampaknya ya itu tadi okupansi dan itu hampir di semua wilayah di Indonesia," imbuhnya.
Ia menambahkan, kalaupun maskapai ingin menaikkan tarif tiket pesawat, lebih diupayakan agar kenaikan tersebut tidak secara mendadak namun dilakukan secara bertahap.
"Sekarang kan tidak, dia naiknya tinggi terus mendadak makanya collapse. Tarifnya sudah diluar dari daya beli masyarakat. Makanya kita sambut baik upaya dari Garuda Grup, semoga di ikuti dengan maskapai lain," pungkasnya. (*)