Lifestyle

Tidak Harus Diminum, Pria Ini Ciptakan Cara Lain Menikmati Kopi

Tidak Harus Diminum, Pria Ini Ciptakan Cara Lain Menikmati Kopi Lewat Gelang dan Pewangi.

Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Alexander Ermando
Gelang yang menjadi salah satu produk Kopi Kreatif rintisan Yudhi Prasetyo 

Laporan Reporter Tribun Jogja Alexander Ermando

TRIBUNJOGJA.COM - Festival Kopi Merapi yang digelar di Desa Pentingsari, Cangkringan, Sleman pada Rabu (26/09/2018) ini diikuti setidaknya 25 barista serta petani lokal.

Masing-masing mempromosikan berbagai racikan minuman kopi buatan mereka. Kopi bubuk siap saji pun juga bisa dibeli pengunjung untuk dibawa ke rumah.

Namun Yudhi Prasetyo yang ikut meramaikan kegiatan ini justru membawa bentuk lain dari kopi. Ia membawa gelang hingga kalung dari biji kopi.

"Kita juga ada anting, tasbih, rosario, kancing, parfum, hingga pewangi mobil dan aromaterapi dari biji kopi," ujar Yudhi saat ditemui di lokasi acara.

Baca: Bercitarasa Unik, Kopi Merapi Berpotensi Jadi Produk Ekspor

Pria berusia 26 tahun ini juga menunjukkan gelang hasil kreasinya. Gelang tersebut berbentuk layaknya aksesoris biasa. Alih-alih biji-bijian biasa, gelang ini justru menggunakan biji kopi yang sudah diproses roasting.

Saat didekatkan ke hidung, aroma kopi yang kuat namun agak ringan pun menerpa.

Menariknya, Yudhi mengaku tidak suka minum kopi. Ia hanya suka mencium aromanya. Ide inilah yang kemudian ia terapkan lewat aksesoris di bawah merek Kopi Kreatif tersebut.

"Jadi buat yang tidak suka minum kopi tapi suka aromanya, ada cara lain untuk menikmatinya," kata Yudhi yang asli Palembang, Sumatera Selatan ini.

Yudhi Prasetyo menunjukkan aksesoris dari biji kopi hasil kreasinya
Yudhi Prasetyo menunjukkan aksesoris dari biji kopi hasil kreasinya (Tribun Jogja/ Alexander Ermando)

Lulusan S1 Komunikasi UPN ini tidak menjadikan Kopi Kreatif sebagai bisnis belaka. Usaha ini juga ia jadikan untuk memberdayakan masyarakat sekitar, termasuk para petani kopi.

Biji kopi yang ia gunakan adalah yang dianggap tidak layak panen. Ia pun membelinya dari petani dengan harga 20-30 ribu Rupiah per kilo. Total, ia menghabiskan satu ton biji kopi dalam sebulan.

"Aksesorisnya juga dibuat oleh 10 ibu-ibu mantan buruh pabrik di dekat tempat saya tinggal," kata pria yang saat ini menetap di Randusari, Prambanan, Klaten ini.

Baca: Promosikan Kopi Lokal, Pemkab Sleman Kumpulkan Pengusaha Lokal di Festival Kopi Merapi

Lewat kreasi ini, Yudhi ingin meningkatkan nilai dari biji kopi secara keseluruhan. Biji kopi mentah (greenbean) yang dianggap tidak layak panen, ia beli agar tidak ada biji hasil panen yang sia-sia.

Biji kopi sendiri ia peroleh dari Sumatera Selatan, Lampung, dan Temanggung (Jawa Tengah). Ketiganya dipilih lantaran hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan Yudhi.

"Jadi di sini kita ingin masyarakat juga ikut aktif dan menghasilkan keuntungan untuk mereka," ujar lulusan S2 jurusan Pemberdayaan Masyarakat ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved