Malam 1 Suro, Tahun Baru Islam yang Selalu Diperingati Masyarakat Jawa

Perayaan tahun baru 1 Muharram 1440 H bertepatan pada Selasa, 11 September 2018. Bagi masyarakat Jawa, 1 Muharam dikenal dengan 1 Suro.

Editor: iwanoganapriansyah
TRIBUNJOGJA.COM / Dwi Nourma Handito
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta sedang membersihkan kereta Kanjeng Nyai Jimat di Museum Rotowijayan, Selasa (17/10/2017. Jamasan kereta ini dilakukan rutin sekali setahun di bulan Suro. 

TRIBUNJOGJA.COM - Perayaan tahun baru 1 Muharram 1440 H bertepatan pada Selasa, 11 September 2018. Bagi masyarakat Jawa, 1 Muharam dikenal dengan 1 Suro.

Malam 1 Suro dalam pandangan sebagian masyarakat Jawa dianggap punya makna mistis dibanding hari-hari biasa.

Sejumlah keraton dari Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, hingga Kasepuhan Cirebon bahkan punya tradisi masing-masing untuk merayakan 1 Suro.

Keraton Surakarta misalnya. Pada malam 1 Suro biasanya akan menjamas (memandikan) pusaka-pusaka keraton termasuk mengirab kerbau bule, Kiai Slamet.

Nama lain malam 1 Suro adalah malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriyah atau Islam.

Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.

Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriyah memang di awali bulan Muharam. Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan Suro.

Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Sultan terbesar Mataram tersebut lantas memadupadankan kalender Saka dengan penanggalan Hijriyah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriyah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriyah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat, kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Rupanya Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepecayaan Kejawen, bulan Suro memang dianggap istimewa.

Muhammad Sholikhin dalam buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa menjelaskan, penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved