Bantul

Kedai Kopi Unik di Bantul, Para Pembeli Bisa Bayar Segelas Kopi Pakai Sampah

Para pecinta berat minum kopi, tidak ada salahnya mencoba menikmati cita rasa dari Tarto kopi di Bantul. Di sini bisa bayar pakai sampah

Editor: ribut raharjo
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Founder sekaligus sutradara Komunitas Sakatoya, B.M. Anggana atau biasa dikenal Eng, (baju hitam pakai topi) menerima penukaran sampah plastik dengan secangkir kopi di kedai Tarto Kopi. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Bagi anda pecinta berat minum kopi, tidak ada salahnya untuk sejenak mencoba menikmati cita rasa dari Tarto kopi.

Tarto adalah sebuah kedai kopi kecil. Tempat berkumpulnya anak-anak seni dari komunitas Sakatoya.

Kedai kopi ini sangat sederhana, namun sarat akan makna persahabatan. Terletak di rumah Akanan, tepatnya di gang soka, Rt 03/RW 03 Jagalan, Kotagede, Banguntapan, Bantul.

Pengunjung yang datang untuk minum kopi tempat ini akan diajak ngobrol, bercanda dan selayaknya pulang ke rumah sendiri.

"Makanya kami namakan kedai kopi ini Tarto. Nama Tarto, diambil dari paduan dua kata jawa 'Ntar' dan 'tho' (Ntartho) yang artinya 'Bentar dulu'," ujar owner Tarto kopi, B.M Anggana, Senin (9/7/2018)

Menurut lelaki yang lebih akrab disapa, Eng ini, filosofi makna dari Tarto sangat mendalam.

Ia mengungkapkan, setiap pengunjung yang datang akan disambut bukan sebagai pembeli, namun sebagai saudara dan keluarga.

"Makanya Ntar tho. Jangan pulang dulu, ngobrol dulu," tutur lelaki jebolan Kampus ISI ini, ramah.

Ada banyak varian rasa yang bisa anda nikmati di kedai Tarto Kopi. Ada kopi Gayo, Bajawa Flores, Kintamani hingga kopi Lampung.

Menariknya, setiap satu gelas kopi yang disajikan di Tarto Kopi ini terasa spesial, karena biji kopi tidak di grinder atau digiling selayaknya kedai kopi lainnya, melainkan diuleg menggunakan cobek.

Alasannya, menurut Eng, karena dengan diuleg dia akan memiliki banyak waktu untuk bisa ngobrol bersama pelanggannya.

"Biji kopi ini saya uleg. Karena akan lebih unik. Proses pembuatan (kopi) akan lebih lama. Kita bisa lebih banyak ngobrol. Selain itu, wangi biji kopi yang diuleg juga akan semerbak, tersebar," tuturnya.

Sore itu, ketika tribun Jogja berkunjung, ada beberapa pelanggan yang datang. Mereka kebanyakan anak-anak muda yang suka bercerita.

Owner Tarto Kopi, B.M Anggana atau biasa disapa Eng, sedang menguleg biji kopi untuk pengunjung.
Owner Tarto Kopi, B.M Anggana atau biasa disapa Eng, sedang menguleg biji kopi untuk pengunjung. (Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin)

Tempatnya yang teduh dan asyik, membuat para pengunjung betah berlama-lama menikmati kopi di kedai Tarto ini.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved