Bill Clinton

Clinton Menyesal Tak Akhiri Program Nuklir Korut saat Berkuasa

Clinton Menyesal Tak Akhiri Program Nuklir Korut saat Berkuasa Selama Dua Periode.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Hari Susmayanti
nbcnews.com
Bill Clinton 

TRIBUNJOGJA.COM - Mantan Presiden AS, Bill Clinton mengaku pernah memiliki kesempatan mengakhiri program senjata nuklir Korea Utara.

Kesempatan itu datang saat periode kedua kekuasaannya. Ia seharusnya bisa berkunjung ke Pyongyang untuk kesempatan itu, namun tidak ia lakukan.

Ia memilih meladeni permintaan pemimpin Palestina Yasser Arafat, demi perdamaian Palestina dengan Israel. Demikian diungkapkan Clinton dalam wawancara dengan NBC Today.

Wawancara itu dikutip situs Fox News, Jumat (8/6/2018) pagi WIB.

"Saya punya kesempatan di akhir periode kedua jabatan saya, untuk mengakhiri program rudal (nuklir) Korea Utara," kata Clinton.

"Tetapi saya tidak bisa lakukan, dan saya ke Timur Tengah menyelesaikan perdamaian di sana," lanjutnya. "Arafat memohon kepada saya agar tidak pergi (ke Korut)," ujar suami Hillary Rodham ini.

Baca: Dua Jet Tempur China Akan Kawal Kim Jong-un dari Pyongyang ke Singapura

Saat pewawancara NBC, Craig Melvin, mendesak Clinton mengapa ia menyesali keputusan itu, Clinton menyatakan, "Keputusan saya tepat. Perdamaian Palestina-Israel sangat baik, meski akan jauh lebih baik jika itu juga terjadi di Korea."

Clinton tidak menjelaskan lebih jauh lagi bagaimana Arafat ketika itu memintanya tidak bepergian ke Pyongyang. Korut disebut cukup lama memberi dukungan senjata dan lainnya ke Palestina.

Beberapa kali Yasser Arafat pun berkunjung ke Pyongyang sebelum meninggal pada 2004. Presiden Trump dan pembantunya beberapa kali menyindir pemimpin AS sebelumnya soal Korut.

Termasuk Clinton, yang dianggapnya terlalu memberi toleransi pada Korut mengembangkan program senjata nuklirnya.

Terkait rencana pertemuan Trump dan Kim Jong-un di Singapura, Clinton menyambut positif.

"Kita ingin pertemuan itu sukses," katanya.

Clinton yang berasal dari Partai Demokrat, dua periode memimpin pemerintahan AS. Di masanya, kebijakan luar negeri AS tergolong cukup moderat, meski di tangannya pula rudal-rudal AS pernah menghantam Libya dan Serbia.

Namun ayah Chelsea Clinton ini pernah tersandung skandal memalukan di Gedung Putih.

Seorang pegawai magang, Monica Lewinsky, disebut terlibat percintaan terlarang dengan sang Presiden.(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved