Lebih dari Motif, Tiap Batik Punya Cerita
GKR Bendara mengajak masyarakat untuk menyaksikan pameran batik dengan tema Cerita Di Balik Goresan Canting pada 26 Februari hingga 4 Maret 2018.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Batik bukan sekadar kain khas Indonesia yang kini pamornya mendunia.
Bukan juga sebuah motif yang bisa begitu saja diadaptasi dalam ruang bangun sehingga salah kaprah memaknai nilai filosofisnya.
Sama seperti relief di candi, batik juga menyimpan cerita dan makna yang dalam.
Batik memang telah diakui dunia sebagai milik Indonesia.
Tapi bukan berarti semua provinsi di Indonesia wajib menciptakan motif batik khas daerahnya dan justru melupakan kain khas semacam tenun yang usianya jauh lebih tua ketimbang batik ciptaan era kini.
Hal tersebut yang disayangkan seorang putri Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, GKR Bendara.
Bagaimana tidak, pemerintah seolah memaksa untuk tiap daerah memiliki motif batiknya dan memiliki standarisasi baju batik sebagai seragam pegawai di sana.
"Di Sumatera, mereka memiliki kain tenun. Kenapa tidak menggunakan tenun sebagai baju mereka atau kain yang diselempangkan," ujarnya dalam Jumpa Pers Cerita di Balik Goresan Canting, di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Kamis (22/2/2018).
Putri bungsu Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut menuturkan, dirinya sebagai orang Jawa tidak ingin batik punah dan ingin tetap selalu lestari.
-
SMA Negeri 2 Bantul Gelar Pameran Karya Ilmiah Remaja
-
Sore Ini Panitia Mulai Tata Karya Lukis Babad Diponegoro
-
Tak Mudah Ajak 51 Seniman Ternama Membuat Lukisan Kisah Diponegoro
-
Melihat Kehidupan Mahasiswa Asing di Yogyakarta: Membatik Hingga Belajar Bahasa Jawa
-
Tirana Art Kitchen Pamerkan Lukisan Genteng Kaca Karya Rendra Kurniawan