Pengelola Desa Wisata Akan Diberi Berbagai Pelatihan
Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman akan semakin rutin melakukan peendampingan dan pelatihan kepada pengelola desa wisata.
Penulis: app | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Arfiansyah Panji Purnandaru
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Perkembangan desa wisata di Kabupaten Sleman sejauh ini cukup pesat.
Hal tersebut terbukti dengan mulai meningkatnya kunjungan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara ke desa wisata.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sudarningsih menjelaskan pihaknya akan semakin rutin melakukan peendampingan dan pelatihan kepada pengelola desa wisata.
Termasuk pelatihan bahasa asing.
"Kita dari bidang SDM dari waktu ke waktu sudah menyentuh desa wisata. Pengelola sudah kita berikan pelatihan-pelatihan seperti kuliner dan lain-lain," jelasnya baru-baru ini.
"Kita akomodir untuk bahasa asing. Rusia kemarin juga ada sembilan hari di Desa Wosata Brayut," pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Desa Wisata Brayut, Aloysius Sudarmadi menjelaskan tercatat sebanyak 200 wisatawan mancanegara seperti Jepang hingga Rusia pada tahun 2017 menginap di homestay-homestay rumah warga di Brayut.
"Desa wisata basisnya aktifitas. Tidak hanya tidur tapi kita kenalkan snack tradisional, kenduri, maksud, tujuan, dan filosofi itu," jelasnya.
"Menjaga kearifan lokal itu paling penting. Dikemas menjadi daya tarik. Tuh diajak membajak, nanam padi, permainan tradisional, menangkap ikan. Belajar membuat Legondo makanan lhas Brayut juga," kisahnya.
Sebagai contoh, 11 orang wisatawan asal Rusia yang sembilan hari berada di Brayut diajak city tour berjalan-jalan ke pasar tradisional.
"Mereka menemukan buah, belanja diajak ke pasar. Mereka sangat antusias. Senang uang euro mereka dibelanjakan dapat sangat banyak," kisahnya.
Rata-rata wisatawan menginap di Brayut minimal durasinya tiga hari.
Hal tersebut karena ada 10 item wisata yang bisa diselesaikan.
Contohnya belajar membatik, gamelan, tari, permainan tradisional, membuat jajanan, atraksi tangkap ikan, pertanian, belajar kuda lumping, kerajinan janur, membuat kupat, membuat keris dan lain sebagainya.
"Ada yang minta arung jeram juga, ya namanya pariwisata harus kerjasama dengan stakeholder lain," tegasnya.
"Lingkungan harus dijaga agar (wisatawan) betah, dan keramahan itu menjadi nilai lebih," terangnya.
"Juga biar tidak ada monopoli satu homestay masksimal dengan 2-5 kamar," jelasnya. (*)