Wedang Ronde Mbah Payem Ternyata Pernah Jadi Langganan Mantan Presiden Soeharto

Konon wedang ronde Mbah Payem ternyata pernah menjadi langganan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Mbah Payem tampak tengah meracik wedang ronde buatannya ke dalam mangkuk kecil. 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Siapa sangka, wedang Ronde Mbah Payem (85) yang menjajakan dagangannya di Jalan Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta, konon ternyata pernah menjadi langganan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.

Mbah Payem bercerita, dirinya pada zaman dahulu sering dipanggil oleh orang yang mengaku ajudan Soeharto, untuk keperluan menghidangkan wedang ronde pada acara jamuan istana.

"Kulo mboten unyuk-unyuk mriko. Kulo mriko dipanggil suruhannya pak Harto, teng Istana (Saya tidak langsung kesana, saya dipanggil orang suruhan Pak Harto ke istana)," ujar Mbah Payem, Senin (29/1/2018).

Mbah Payem yang sekarang tinggal di Kadipaten ini mengaku tidak kagum karena terbiasa dan sering kali bersinggungan dengan kerabat dari presiden yang bergelar bapak pembangunan tersebut.

"(Si Istana) kulo mboten gumun. Soale kerep. Kerabat pak Harto nggih kulo kenal (Saya tak terlalu kagum, soalnya sudah biasa, kerabat Pak HArto pun juga saya kenal)," imbuh dia.

Mbah Payem setiap hari jualan wedang ronde di jalan Kauman, Ngupasan, Gondomanan, tepatnya sekira 50 meter sebelum perempatan Kauman-Ngasem.

Jemari rentanya dengan sangat pelan meracik satu persatu bahan, diramu, hingga menjadi wedang ronde dalam sebuah hidangan mangkuk kecil.

Satu porsi mangkuk kecil wedang ronde buatan Mbah Payem dijual sangat ekonomis, hanya Rp5 ribu.

Senyumnya ramah, pendengaran Mbah Payem pun masih cukup kuat walaupun usianya sudah tak bisa dikatakan muda lagi.

Di hari tua yang semakin senja, tak menyurutkan sedikitpun semangatnya untuk tetap bekerja hingga larut malam.

Ia berjualan seorang diri. Gerobaknya pun sangat sederhana.

Mbah Payem bercerita, ia mengaku jualan wedang Ronde sejak tahun 1965.

"Wis sue kulo dodolan (Sudah lama dagang ronde). Dari jaman PKI, tahun 1965," tuturnya lirih.

Artinya sudah hampir 50 tahun lebih Mbah Payem menggantungkan hidup dari jualan wedang ronde yang ia jajakan setiap hari dipinggir jalan. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved