Tahun Ini, BKSDA DIY Bakal Survey Habitat dan Populasi Burung Raptor
Selama ini populasi burung raptor cenderung belum bisa dipastikan serta lokasi pelepasliaran cenderung mengandalkan survey pendahuluan.
Penulis: Singgih Wahyu Nugraha | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY pada tahun ini akan melakukan survey burung jenis pemangsa (raptor) di seluruh wilayah Yogyakarta.
Hal itu untuk memperjelas lagi peta habitat utama satwa liar tersebut dan memastikan populasinya.
Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, BKSDA DIY, Andi Candra Herwanto mengatakan, selama ini populasi burung raptor cenderung belum bisa dipastikan serta lokasi pelepasliaran cenderung mengandalkan survey pendahuluan.
Komunitas pengamat burung dan organisasi yang bergerak di bidang konservasi satwa liar sebetulnya sudah memiliki list lokasi dan populasi satwa hanya saja hal itu masih membutuhkan pengamatan langsung di lapangan.
"Dengan adanya survey raptor ini akan memudahkan dalam penentuan pelepasliaran satwa ke depannya. Dari survey ini kita juga bisa memprediksikan jumlah populasinya di DIY," kata Andi seusai pelepasliaran elang dan alap-alap di Gunungkelir, Jatimulyo, Girimulyo, Kamis (25/1/2018).
Menurutnya, jenis burung raptor seperti elang lebih banyak berhabitat di kawasan perbukitan setinggi sekitar 500 meter di atas permukaan laut dan banyak terdapat lembah.
Tempat yang memungkinkan antara lain di perbukitan Menoreh, Dlingo, perbukitan Parangtritis, pegunungan karst Gunungkidul, dan kawasan Gunung Merapi.
Sebelum dilepasliarkan, burung-burung dilindungi biasanya akan menjalani proses penandaan di kaki dan sayapnya untuk memudahkan monitoring pasca pelepasliaran.
Pada Februari nanti, pihaknya juga akan melepasliarkan seekor elang brontok di kawasan taman hutan Bunder Gunungkidul.
Andi menyebut, masih ada sekitar 20 ekor burung liar dilindungi yang tengah menjalani rehabilitasi di Wildlife Rescue Center (WRC) Yogyakarta di Pengasih.
Jika sudah siap, burung-burung itu juga akan dilepasliarkan.
"Kebanyakan berupa elang brontok dan elang bido. Sekarang masih menjalani rehabilitasi," kata Andi.
Kepala Desa Jatimulyo, Anom Sucondro mengungkapkan bahwa pihaknya telah membuat sejumlah peraturan desa untuk melindungi keberadaan sejumlah satwa dan fauna di Desa Jatimulyo.
Bahkan, pendataan telah dilakukan atas keseluruhan jenisnya dan kerap dilakukan pengamatan burung.
Hal ini menjadi komitmen warga untuk tidak mengeksploitasi sumber daya alamnya.
"Dalam waktu dekat ini kami akan menggelar jambore pengamatan burung tingkat nasional," kata dia.(*)
