Sisi Lain Makam Banyusumurup

Roro Oyi, Kisah Tragis Gadis Surabaya di Tangan Amangkurat I

Ada empat tiang pipa besi mengelilingi pusara yang konon beberapa tahun lalu direhab seorang juragan teh terkenal.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Pusara Roro Oyi di makam Banyusumurup, Girirejo, Imogiri. Roro Oyi jadi korban pertikaian tragis antara Sunan Amangkurat I dan Putra Mahkota pada masa 1668-1669. 

TRIBUNJOGJA.COM - Petak makam itu telah dikeramik putih dan menempati ruang utama komplek Makam Banyusumurup, Girirejo, Imogiri.

Ada empat tiang pipa besi mengelilingi pusara yang konon beberapa tahun lalu direhab seorang juragan teh terkenal.

Tiang besi itu di dipasangi kain mori putih yang disebut langse, dan pusaranya terbungkus kain sama yang disebut singep. Letak pusara itu terpisah dengan nisan- nisan lain di sisi kanan depan membujur ke utara.

Itulah pusara dan lokasi pemakaman Roro Oyi, gadis beranjak dewasa asal tepian Kali Mas, Surabaya. "Di situlah Roro Oyi atau Roro Hoyi dikebumikan," kata Mugi Wiharjo.

"Tidak ada penanda khusus, dan sejarah turun temurun mengatakan demikian," lanjut abdi dalem dan juru kunci Makam Banyusumurup ini di lokasi makam, Kamis (4/1/2018).

Kematian gadis yang konon sangat cantik sekitar 350 tahun lalu sangat mengenaskan. Drama kehidupannya mengiris-iris kemanusiaan di tengah kekuasaan Sunan Amangkurat I yang bergelimang darah.

Baca: Awan Gelap dan Kilatan Petir Iringi Pemindahan Makam Raden Ronggo Prawirodirdjo III

Kisah Roro Oyi ini mewarnai banyak cerita tutur dan babad. Data faktual sejarah yang umumnya berasal dari catatan dan laporan Belanda, hanya menuliskannya samar- samar.

Episode Roro Oyi ini tidak bisa dilepaskan dari kisah asmara Sunan Amangkurat I dengan Ratu Malang sekitar 1665. Cerita tutur Jawa menghubungkan kisah Roro Oyi ini dengan Pangeran Pekik.

Namun menurut peneliti sejarah Mataram, HJ de Graaf, ada kekeliruan serius mengaitkan Pangeran Pekik dengan kisah Roro Oyi. Sebab, Pangeran Pekik telah dieksekusi mati pada kisaran tahun 1659 oleh Sunan Amangkurat I.

Artinya, ini jauh sebelum episode cerita Ratu Malang dan Roro Oyi. De Graaf menyodorkan Pangeran Purbaya sebagai sosok yang punya kontribusi besar tertumpahnya darah Roro Oyi dan orang-orang di sekelilingnya.

Dari data yang ditelaah De Graaf berdasar laporan tertulis Belanda itu, Pangeran Pekik dan keluarganya merupakan orang-orang yang dikuburkan di Banyusumurup saat awal-awal dipilih sebagai lokasi makam para terhukum.

Baru kemudian menyusul Roro Oyi, yang memang punya hubungan sejarah atau mungkin kekerabatan dengan Pangeran Pekik itu. Belakangan Raden Ronggo Prawirodirjo III yang melawan Belanda pada era HB II, juga dikubur di situ.

Kisah tragis Roro Oyi bermula saat Sunan Amangkurat I yang berselimut duka akibat ditinggal Kanjeng Ratu Malang, meminta dicarikan gadis yang bisa menggantikan sosok istri dalang Panjang Mas itu.

Dua mantri kapedhak, Noyotruno dan Yudakarti ditugasi mencari sosok itu. Petunjuknya, sosok itu harus berasal dari daerah dengan air sumurnya yang wangi. Ketemu lah di tepi Kali Mas Surabaya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved