Tambang Longsor di Magelang
Jumlah Penambang di Lereng Merapi Sudah Tidak Ideal
Hal tersebut cukup beralasan mengingat di Paguyuban Punokawan saja sudah ada 2.500 penambang, belum di titik-titik lainnya.

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Fatkul Mujib, Ketua Paguyuban Penambang Manual Punokawan menjelaskan jumlah penambang pasir manual di kawasan lereng Merapi dianggap sudah tidak lagi ideal.
"Pertumbuhan penambang manual begitu pesat. Setiap tahun bertambah. Pemerintah harus menyedialan lapangan kerja lain," jelasnya, Senin (18/12/2017).
Lanjutnya, kejadian longsor di Bantaran Sungai Bebeng, Srumbung, Magelang menjadikan pelajaran bagi semua pihak agar dapat mengalihkan pekerja tambang ke sektor lain.
"Jumlah dengan Sumber Daya Alam (SDA) sudah tidak ideal. Sementara luas area tambang menyebar di mana-mana, di setiap kecamatan di lerang Merapi," tungkasnya.
Baca: Ini Longsor Terbesar Sejak 10 Tahun Terakhir
Hal tersebut cukup beralasan mengingat di Paguyuban Punokawan saja sudah ada 2.500 penambang, belum di titik-titik lainnya.
Senada, Anang Imamudin pembina Punokawan menjelaskan harus ada tatanan peradaban tambang yabg bagus dan sesuai prosedur keselamatan.
"Banyak (penambang) yang cari gampangnya dan kurang menghitung risiko," terangnya.
"Pemerintah harus memberikan konsen. Karena salah satu aset Magelang yaitu gunung Merapi," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM).
-
Proses Pencarian di Lokasi Tambang Longsor di Srumbung Magelang Dihentikan
-
Polisi Masih Selidiki Penyebab Longsor di Kawasan Tambang Srumbung Magelang
-
Satu Korban Tambang Longsor di Magelang Masih Dirawat di RSUP Dr Sardjito
-
Polisi Pernah Usir Penambang di Srumbung, Tetapi Kembali Lagi
-
Korban Selamat dari Longsor Srumbung Ini Nekat Nambang. Begini Alasannya