Fenomena Anak Sapi Berkepala Dua, Masyarakat Tak Usah Khawatir

kasus seperti ini memang jarang terjadi di Gunungkidul.Baru sekali ini terdapat kasus anak sapi yang lahir cacat.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNjogja.com | Rendika Ferri
Sugiyat (40), warga Dusun Gumbeng RT6/4, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul bersama anak sapi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul meminta masyarakat tidak khawatir akan keberadaan sapi berkepala dua di Purwosari.

Anak sapi yang cacat tersebut disebabkan oleh kelainan genetik saat persilangan sapi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Bambang Wisnu Broto, mengatakan, kasus sapi berkepala dua yang ditemukan di Purwosari bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Kelahiran anak sapi yang memiliki dua moncong, dan masing-masing dua hidung, mata, dan telinga ini adalah anomali genetik pada persilangan inbreeding sehingga menghasilkan sapi yang cacat.

"Hal tersebut merupakan hal yang biasa terjadi pada persilangan inbreeding. Jadi tidak perlu dikhawatirkan, apalagi dikaitkan dengan hal lain yang tidak ada hubungannya (mistis)," ujar Bambang, Minggu (22/10/2017).

Baca: Sapi Berkepala Dua di Gunungkidul Diduga Akibat Kesalahan Ini

Bambang mengatakan, kasus seperti ini memang jarang terjadi di Gunungkidul.

Baru sekali ini setelah bertahun-tahun yang lalu terdapat kasus anak sapi yang lahir cacat.

Ia juga menduga keberadaan anak sapi tersebut tidak akan bertahan lama, seperti halnya anak sapi yang terlahir dari perkawinan inbreeding.

"Sapi ini tidak dapat berdiri dan harus disuapi, saya kira hanya bertahan beberapa hari saja nanti," ujar Bambang.

Bambang pun menyuruh pemilik sapi tersebut untuk merawat semampunya.

Pihak dinas akan melakukan pendampingan jika diperlukan.

Hingga kini, anak sapi berkepala dua tersebut masih dalam kondisi baik dan sehat.

Pemilik sapi, Sugiyat (40), warga Dusun Gubeng, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul, terus menyusukan susu hasil perasan induk sapi kepada anak sapi tersebut.

"Masih hidup, hanya saja memang tidak dapat berdiri dan harus diperaskan susu indukannya terus, minumnya lewat dot," ujar Sugiyat.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved