Siapa Bilang Jomblo Tidak Bahagia? Nih Hasil Survei BPS

Berdasarkan hasil survei, penduduk yang belum menikah atau lajang lebih tinggi tingkat kebahagiaannya dengan indeks 71,53.

Editor: oda
ist
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM – Hasil penelitian yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) belum lama ini menemukan data bahwa orang lajang ternyata lebih tinggi kadar kebahagiaannya dibandingkan dengan orang yang sudah menikah dan mereka yang cerai.

Kesimpulan ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Journal of Social dan Personal Relationship pada 2015. Menjadi lajang ternyata tidak seburuk yang kita bayangkan.

Dengan menggunakan data penelitian dari Survey Nasional Amerika Serikat tentang Keluarga dan Rumah Tangga (1992-1994) serta Survey Sosial Umum (2000, 2004, 2006, 2012), peneliti menemukan fakta unik.

Natalia Sarkisian dan Naomi Gerstel menemukan bahwa orang-orang lajang memiliki kehidupan sosial yang lebih baik ketimbang pasangan yang menikah.

Orang-orang lajang alias jomblo juga memiliki tingkat sosialisasi yang lebih baik dengan teman, tetangga, orang tua, serta saudara mereka.

Baik laki-laki maupun perempuan yang belum menikah juga memiliki kesempatan lebih besar untuk memberi serta menerima bantuan dari orang lain.

Namun bukankah kita semua membutuhkan orang lain yang bisa diajak menua bersama? Para peneliti telah menemukan bahwa jawabannya tidak.

Orang yang lajang hingga usia tua justru memiliki kehidupan sosial yang lebih baik dengan teman-teman serta tetangganya.

Bagaimana dengan temuan BPS?

Berdasarkan hasil survei, penduduk yang belum menikah atau lajang lebih tinggi tingkat kebahagiaannya dengan indeks 71,53 dibandingkan dengan penduduk dengan status perkawinan yang lain.

BPS merilis data indeks kebahagiaan penduduk Indonesia pada 2017. Hasil survei menunjukkan orang Indonesia cukup bahagia dengan indeks sebesar 70,69 pada skala 0-100.

"Hasilnya 70,69, semakin mendekati 100 akan semakin bagus. Kita cukup bahagia," kata Ketua BPS Suhariyanto di Kantor BPS Pusat, Selasa (15/8/2017).

Metode pengukuran indeks kebahagiaan 2017 mengalami perubahan dibandingkan survei terakhir pada 2014.

Pada 2014 indeks kebahagiaan hidup hanya mengukur dengan menggunakan dimensi kepuasan hidup. Sementara pada 2017 bertambah dengan dimensi perasaan dan makna hidup.

"Indeks dimensi kepuasan hidup 71,07, indeks dimensi perasaan 68,59 dan indeks makna hidup 72,23. Seluruh indeks dimensi diukur pada skala 0-100," kata Suhariyanto.

Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017 merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia). 

Kontribusi masing-masing dimensi terhadap Indeks Kebahagiaan Indonesia adalah Kepuasan Hidup 34,80 persen, Perasaan (Affect) 31,18 persen, dan Makna Hidup (Eudaimonia) 34,02 persen.

Bila dibandingkan dengan indeks 2014 dan menggunakan metode yang sama, maka indeks 2017 sebesar 69,51 atau mengalami peningkatan 1,23 poin dibandingkan indeks kebahagiaan 2014 sebesar 68,28.

Halaman
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved