Sumber Air Mulai Surut, Warga Gunungkidul Mulai Berhemat Air
Sehari-hari warga menggunakan air di Telaga Jonge untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi atau mencuci.

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Warga Gunungkidul harus berhemat air setelah beberapa pekan terakhir intensitas hujan mulai berkurang.
Seperti warga Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul yang memaksimalkan air yang ada di telaga Jonge untuk kebutuhan sehari-hari.
Salah seorang warga Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Susanti, mengatakan, sehari-hari warga menggunakan air di Telaga Jonge untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi atau mencuci.
Namun setelah beberapa pekan hujan tidak turun, kondisi air di Telaga Jonge di Kecamatan Semanu, mulai terlihat surut. Warga mulai khawatir jika air terus berangsur surut, dan tidak terpenuhi kebutuhan airnya.
"Air di telaga mulai surut, karena hujan tidak turun lagi. Sudah dua minggu ini kondisi seperti itu. Kami khawatir air terus surut, sementara sumber air yang lain tidak ada," ujar Susanti, Jumat (19/5/2017).
Akibat kondisi Telaga Jonge yang mulai surut, warga di sekitar pun harus mengeluarkan biaya lagi untuk membayar air PDAM demi memenuhi kebutuhan air.
"Sementara warga memaksimalkan air yang ada di telaga. Ya kalau menggunakan air dari PDAM nanti akan mahal saat membayar,” ujar Susanti.
Dikatakannya untuk menjaga kelestarian telaga, warga di sekitar pun menanam pohon dan merawat vegetasi yang ada di sekitar telaga. Pengunjung pun tidak diperbolehkan membuang sampah di telaga.
Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul, yang berasal dari Tim Fakultas Geografi UGM, tahun 2006, ada 281 telaga di kabupaten Gunungkidul.
Adapun jumlah telaga di Gunungkidul terdapat di 10 kecamatan, yakni Paliyan sebanyak 10, Saptosari 21, Purwosari 31, Panggang 22, Tepus 32, Tanjungsari 27, Semanu 42, Ponjong 21, Rongkop 48, dan Girisubo 27.
Kasi logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Sutaryono, mengatakan, sebagian besar telaga yang ada di Gunungkidul mengalami kekeringan ketika musim kemarau.
Dari 281 telaga yang ada, hanya terdapat 71 telaga yang masih berisi air dan dapat digunakan pada saat musim kemarau panjang. Akibatnya warga kerap mengalami kekurangan air.
"Jumlah telaga yang sudah semakin berkurang, mengakibatkan masyarakat lebih memanfaatkan PDAM, Spamdes, untuk mencukupi kebutuhan air, meskipun kerap sekali mengalami macet air," ujar Sutaryono.
Lanjut Sutaryono, pihaknya pun menganggarkan dana darurat kekeringan sebesar Rp 600 juta untuk memberikan bantuan air bersih bagi warga yang berada di wilayah kekeringan.
Ia mengatakan, sebanyak enam kecamatan di Gunungkidul yang kerap meminta droping air, yakni Kecamatan Ngawen, Rongkop, Girisubo, Tepus Gedangsari, dan Panggang.
"Kami memiliki 7 armada dengan tangki untuk menyalurkan bantuan air bersih ke warga yang mengalami kekurangan air," ujar Sutaryono. (*)
-
Terkait Dugaan Pungli, Inspektorat Gunungkidul Siap Lakukan Audit
-
Sebanyak 56 SMP di Gunungkidul Ikuti UNBK di Sekolah Lain
-
GKR Hemas: Harus Ada Perempuan Berpartisipasi dalam Pemerintahan
-
Kisah Pelajar Gunungkidul Jual Cabai Seribuan Ditawarkan dari Rumah ke Rumah
-
Remaja di Gunungkidul Ini Rela Berjualan Cabai dari Rumah ke Rumah untuk Bantu Orangtuanya