Nuansa Arsitektur Kampung Ketandan Bakal Dikembalikan Seperti Masa Lalu
Adapun revitalisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat nuansa Ketandan sebagai kawasan pecinan di Yogyakarta.
Penulis: mrf | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Yogyakarta akan melakukan revitalisasi kawasan Ketandan, Malioboro.
Adapun revitalisasi tersebut bertujuan untuk memperkuat nuansa Ketandan sebagai kawasan pecinan di Yogyakarta.
Kepala Disparbud Kota Yogyakarta, Eko Suryo Maharso menyampaikan, revitalisasi kawasan Ketandan yang akan dilakukan pihaknya yakni dengan melakukan perbaikan di tiga bangunan. Namun perbaikan hanya dilakukan di dinding bangunan di sisi luar.
“Perbaikan tidak sampai ke dalam bangunan. Selain itu, bangunan yang kami pilih hanya yang berada di dekat simpang jalan, sehingga lebih mudah terlihat dan bisa difungsikan sebagai penanda kawasan,” kata Eko, Jumat (23/9/2016).
Dia pun mengungkapkan, perbaikan tersebut memiliki konsep agar tiga bangunan di titik strategis menampilkan arsitektur Ketandan di masa lalu, yakni nuansa arsitektur Tionghoa, Portugis, Belanda, dan Jawa. Anggaran perbaikan ini, menurutnya berasal dari Danais.
“Untuk revitalisasi wajah Ketandan tahap pertama berasal dari Dana Keistimewaan (Danais). Sudah dianggarkan sebesar Rp 170 juta,” imbuhnya.
Menurut Eko, Disparbud Kota Yogyakarta menarget, pekerjaan fisik revitalisasi bangunan di kawasan Ketandan dapat dilakukan di awal bulan Oktober 2016, dengan sebelumnya melakukan sosialisasi terlebih dulu. Dia optimistis, pekerjaan fisik itu dapat selesai di akhir tahun.
Seperti diketahui di tahun ini, Danais yang diterima Pemkot Yogyakarta sebesar Rp 5,17 miliar. Dari keseluruhan Danais yang diterima, Rp 4 miliar diantaranya khusus untuk urusan kebudayaan. Sisanya, Rp 800 juta untuk urusan pertanahan, dan Rp 370 juta untuk urusan tata ruang.
Eko menjelaskan, Danais urusan kebudayaan yang diterima tahun ini digunakan untuk pelestarian warisan budaya dan cagar budaya sebanyak Rp 1,7 miliar, aktualisasi kesenian tradisional dan budaya kontemporer sebesar Rp 1,04 miliar, dan promosi dan publikasi seni budaya sebesar Rp 1,17 miliar.
“Tahun depan, kami akan mengusulkan Danais Rp 70 miliar. Kami berencana membeli bangunan cagar budaya, dan memperbaiki lighting di beberapa kawasan budaya,” paparnya. (*)