Nenek Tangguh di Lereng Merapi, Meniti Ribuan Anak Tangga Sambil Pikul Tumpukan Jerami
Ribuan anak tangga mengular, menuruni bukit, melewati lembah lalu menanjak dengan kemiringan ekstrim di Kampung Girpasang
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Ribuan anak tangga mengular, menuruni bukit, melewati lembah lalu menanjak dengan kemiringan ekstrim di Kampung Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten.
Di beberapa bagian, anak tangga berkelok tajam beberapa kali mengikuti bibir lembah nan curam yang sebagian sudah ditutupi semak belukar.

Inilah rute yang dilalui oleh Sarmoyoso setiap harinya. Melewati tebing dan lembah nan curam dengan jarak tempuh sekitar 4 kilometer (TRIBUNJOGJA.com | MONA KRIESDINAR)
Di bagian lainnya, persis disisi sepanjang anak tangga, menjulang tinggi bukit berbatu yang sudah longsor di beberapa titik. Seorang warga memberitahu kami bahwa dinding tebing itu pernah longsor pula ketika Yogya diguncang gempa pada 2006 silam.
Memang cukup menantang, namun tidak demikian halnya dengan yang dirasakan oleh para wanita tangguh yang kami temui di lokasi tersebut.

Inilah rute yang dilalui oleh Sarmoyoso setiap harinya. Melewati tebing dan lembah nan curam dengan jarak tempuh sekitar 4 kilometer (TRIBUNJOGJA.com | MONA KRIESDINAR)
Salah satunya adalah seorang nenek bernama Sarmoyoso (75), warga Kampung Jamuran yang berada di seberang Kampung Girpasang.
Nenek yang sudah penuh keriput dengan beberapa giginya yang sudah tanggal ini, masih gesit ketika meniti ribuan anak tangga, sambil membawa tumpukan jerami di atas kepalanya.

Sarmoyoso tengah memikul beban setelah melewati rute yang melelahkan (TRIBUNJOGJA.com | MONA KRIESDINAR)
Saking banyaknya rumput yang ia bawa, sampai wajahnya pun nyaris tertutup sebagian.

Sarmoyoso tengah memikul beban setelah melewati rute yang melelahkan (TRIBUNJOGJA.com | MONA KRIESDINAR)
Tangan kirinya, memegang bagian rumput supaya tidak jatuh, sementara tangan kanannya selain memegang rumput juga sambil memegang arit.

Sarmoyoso tengah memikul beban setelah melewati rute yang melelahkan (TRIBUNJOGJA.com | MONA KRIESDINAR)
Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, satu demi satu anak tangga dilewati hingga akhirnya bisa sampai ke tempat tujuan.
Aktivitas ini, ia lakukan setiap hari. Berangkat pada pukul delapan pagi, dan selesai sekitar pukul 11 siang.
Padahal rute maupun jarak yang ia tempuh tidaklah mudah.
Dari rumahnya, ia harus menyusuri jalan sejauh tiga hingga empat kilometer untuk bisa sampai ke tempat mencari rumput. Yakni, melewati rute ribuan anak tangga untuk menyeberang ke Kampung Girpasang. Kemudian naik lagi hingga ke tempat mengambil rumput.

Inilah rute yang dilalui oleh Sarmoyoso setiap harinya. Melewati tebing dan lembah nan curam dengan jarak tempuh sekitar 4 kilometer (TRIBUNJOGJA.com | MONA KRIESDINAR)
Setelah itu, ia pun harus segera kembali lagi menempuh rute yang sama. Apalagi saat musim hujan seperti ini, jika siang sedikit biasanya turun hujan yang artinya akan membuat rute itu semakin menantang.
"Ya capek, tapi sudah biasa seperti ini," ucapnya dengan menggunakan bahasa jawa ketika kami temui di sebuah pos ronda di Kampung Ringin, Sabtu (5/12/2015).