Seniman 22 Negara Berkolaborasi dengan Seniman Lokal di Borobudur
Puluhan seniman dari 22 negara bersilaturahmi ke seniman lokal di Yogyakarta dan Magelang.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Puluhan seniman dari 22 negara bersilaturahmi ke seniman lokal di Yogyakarta dan Magelang.
Dalam lawatannya kali ini, mereka membentuk sebuah kolaborasi dan menciptakan sebuah karya lukis hasil dari “komunikasi” batin mereka di halaman Liman Jawi Art House, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Jumat (9/10/2015) siang hingga sore ini.
Satu di antaranya adalah Carolyn Muskat. Tangannya nampak cekatan menggoreskan kuas dengan cat minyak di atas kain kanvas berukuran 2x2 meter.
Seniman Printmaking dari Boston, Amerika Serikat itu bersama beberapa seniman lainnya dari 22 negara menggoreskan ide dan kreativitas mereka dengan melukis sebuah lukisan abstrak.
Awalnya, Carolyn dan kawan-kawannya melukis sebuah bangunan gazebo yang berada di sebelah barat rumah milik perupa asal Borobudur, Umar Chusaeni.
Beberapa diantaranya nampak menikmati saat meneruskan goresan pelukis-pelukis sebelumnya. Mereka saling memberi warna dengan diiringi lagu-lagu klasik rock seperti Still Got The Blues, Iwan Fals, dan lainnya.
Begitu lukisan pemadangan dan gazebo itu terbentuk, tiba-tiba seorang pelukis berambut pirang langsung memberikan warna hitam pada lukisan yang sudah terbentuk itu.
Dia memang seolah “merusak” lukisan yang dibuat oleh teman-temannya. Namanya seni, tidak ada kemarahan, kekecewaan dari tindakan pelukis itu.
Sejumlah pelukis justru bersorak dengan goresan seniman seni rupa tersebut.
Ditambah lagi, pelukis yang dikenal dengan pelukis bara api, Wawan Geni lalu menyemprotkan cat minyak berwarna kekuningan dari mulutnya. Lukisan yang abstrak itu semakin abstrak, namun kaya dengan proses seni oleh para pelukisnya.
“Saya sangat menikmati cara melukis seperti ini. Saya membiarkan tangan bergerak sendiri sebebas-bebasnya. Wow, ini sangat menyenangkan,” ujar Carolyn.
Carolyn menceritakan, melukis adalah sebuah kebebasan dan dia sangat menikmatinya. Apalagi, dia bisa bertemu dengan perupa lain di Borobudur.
Selain menikmati melukis, Carolyn juga mengaku menikmati perjalannya ke Indonesia.
Berangkat dari Boston, dia tidak membayangkan jika acara Yogyakarta International Art Festival Indonesia sungguh menakjubkan.
Dia dipertemukan pelukis dari negara lain seperti Vietnam, Philipina, Serbia, Rusia, Bangladesh, Polandia, Italia, Mesir, Peru, Jerman, dan lainnya.
“Di sini sungguh amazing. Aku senang sekali bisa mengenal budaya dan perupa negara lain apalagi Indonesia,” puji Carolyn.
Hadi Soesanto, Chairman Yogyakarta International Art Festival mengatakan, ajang ini merupakan silaturahmi para seniman negara lain ke Indonesia. Acara ini bertujuan untuk membuka jaringan antara perupa Indonesia dan luar negeri.
Perupa yang disapa dengan Hasoe ini mengaku, pemerintah di Indonesia selama ini masih belum begitu fokus memperhatikan nasib perupa, seperti seni lukis, patung, dan juga grafis atau prinntmaking.
“Kerap kami ke luar negeri dengan cara patungan, mandiri dan tidak ada perhatian dari pemerintah. Melalui event ini, kami berupaya untuk memperkenalkan para seniman luar dan lokal, sehingga terbentuk sebuah jaringan atau komunitas,” paparnya.
Sekitar 50 perupa itu, katanya, sudah berkarya dan menetap di Yogyakarta sejak tanggal 4 Oktober lalu. Sementara, mereka sudah menghasilkan sekitar 100 karya lukis, patung, dan printmaking yang akan dipamerkan di Jogja National Museum, Sabtu (10/10/2015) .
Hasoe mengatakan, dengan adanya event mandiri ini, perupa bisa semakin kreatif dan diperhatikan oleh pemerintah.
Adapun pemilik Liman Jawi Art House, Umar Chusaeni, mengatakan, pertemuan dengan seniman negara-negara asing ini menjadi sebuah pintu jaringan bagi seniman lokal untuk berkarya di dunia.
Dia bahkan menyebut, para seniman asing ini sangat senang bisa berada di Indonesia.
“Mereka belajar budaya Jawa yang cukup adiluhung,” tandas Umar. (*)