Inspirasi Gaya Ramadan
Gaya Bohemian ala Djoko Margono
Gaya busana Bohemian dan Timur Tengah terlihat mewarnai karya busana desainer Yogyakarta, Djoko Margono,
Penulis: esa | Editor: tea
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gaya busana Bohemian dan Timur Tengah terlihat mewarnai karya busana desainer Yogyakarta, Djoko Margono, yang dipamerkan dalam gelaran fashion show "Fashion Escapade" di Suko Wine Lounge Sheraton Mustika Yogyakarta, Sabtu (4/8/2012).
Sang desainer, Djoko Margono, menuturkan bahwa koleksinya kali ini sangat terinspirasi gaya berbusana wanita di Maroko maupun wilayah Timur Tengah lainnya yang khas dengan busana kaftan dan gaun panjang. Itulah kenapa, 30 rancangan yang dipamerkannya sore itu mengambil satu tema besar The Silk Road atau Jalan Sutra.
Sesuai dengan temanya, Djoko menampilkan karyanya dalam tiga sesi, masing masing dengan konsep yang berbeda beda tetapi masih dalam lingkup Jalur Sutra. Sesi pertama dimulai dengan 10 koleksi yang bertemakan Bohemian Look, yaitu perpaduan dari gaya Hippie, Ethnic, dan Gypsy. Khusus pada sesi ini Djoko banyak bermain dengan bahan sifon bermotif dan renda renda yang diaplikasikan pada blus lebar, blazer, rompi, celana harem maupun celana celana pipa bermotif.
Karakter bohemian terlihat begitu kuat dengan kombinasi warna serta motif yang sangat beragam. Terlihat jelas, Djoko memadukan motif geometric maupun floral berbeda warna, dengan tambahan aksen renda dan rumbai.
Dilanjutkan dengan sesi kedua mengambil gaya khas Timur Tengah yang mewah dengan tema 'Morocco Glam'. Kali ini, Djoko menampilkan busana berbahan sifon yang ringan, dengan model gaun gaun panjang dan kaftan yang dililit lilit maupun diberikan aksen sabuk agar membentuk gelombang gelombang yang cantik pada gaun.
Berikutnya, koleksi 'Middle East' menjadi tema penutup pada fashion show kali ini. Para model dibalut detil dan rumitnya hasil rancangan Djoko Margono dari Firstline. Tak sekadar menampilkan gaun gala berbahan sifon yang anggun, tapi Djoko mengkombinasikannya dengan tenun tradisional nusantara, mulai dari tenun NTB, Klaten maupun Bali sehingga untuk perawatannya, Djoko menyarankan dicuci dengan dry clean.
"Banyak yang tertarik dengan rancangan rancangan pada sesi ketiga (koleksi Middle East, red)," tutur Djoko kepada tribun jogja.
Secara keseluruhan, dalam setiap setelan, Djoko banyak menampilkan busana bertumpuk tumpuk dengan motif dan warna yang saling bertabrakan. Hasilnya, busana ini terlihat begitu ramai dan tidak monoton sehingga jauh dari kesan membosankan. Ketika mengamati baju ini, seakan akan selalu ada kejutan baru entah dari modelnya, motif, warna bahan maupun kombinasi kesemuanya.
Namun, meskipun sepintas busana ini terlihat rumit dan ribet, Djoko mengklaim rancangannya sangat wearable dikenakan masyarakat Indonesia dengan cuacanya yang tropis. Sebab, meskipun bertumpuk, Djoko menggunakan bahan bahan ringan yang dingin misalnya katun dan satin.
"Lagipula, rancangan itu merupakan hasil mix and match beberapa baju sehingga terlihat bertumpuk tumpuk, namun masyarakat bisa membeli dan mengenakan bajunya per potong misalkan ambil blusnya saja, atau celananya saja," urai desainer yang mulai aktif di dunia fashion sejak 2006 ini.
Selain itu, setiap rancangan belum diproduksi secara massal sehingga setiap modelnya hanya ada satu potong saja yang dibanderol mulai dari Rp 250 ribu untuk celana pipa hingga Rp 1 juta untuk gaun gaun panjangnya. "Saya menembak kalangan menengah ke atas," tukasnya. Bagi masyarakat yang tertarik mendapatkan koleksinya, bisa mengunjungi butik sekaligus kediaman Djoko Margono di Sorowajan Baru, Gang Semeru No 14 Yogyakarta. (*)